Minggu, 31 Maret 2013

FF MV version (Hurts---Shinhwa)



Sudah lama sekali nggak nulis FF hehe...sekalinya bikin malah dapet ide yang nggak nggak.
Bikin FF MV version itu loh mana ada sebenernya...tapi ya karena nggak puas aja lagu seenak itu nggak ada MVnya jadi aku bikin bikin sendiri sesuai imajinasi hahaha *author parah*
Perjuangannya mendetail waktu bikin ini, selain mengkhayal keras juga mikirin durasinya diitungin perdetik biar pas *nggak penting banget kan* belajar jadi DOP (Direct of Photograpy) juga kan :) lumayan...
Kalo kata Einstein Pengetahuan itu berawal dari imajinasi, kalo nggak salah si gitu haha :D

Semoga yang baca mengerti dan sepaham dengan saya...dan semoga transletnya nggak salah haha
Syarat baca ini harus mendengarkan lagunya sepenuuh hati dan itu harus MALAM HARI dengan TIMING GALAU!!!!!! REMEMBER TIMING GALAU!!!! :D

enjoy the show :)

Play the music please... Hurts --- SHINHWA



Adegan 1
Siluet gadis berambut pendek memakai gaun putih, lekuk punggungnya memantulkan bayangan hitam. Sosoknya hanya duduk menghadap danau yang kian menjingga. Menikmati warna orange senja. Lantas menghilang. Bernuansa sendu.

Adegan 2
[MinWoo]
Salmyeosi yeope nuwo
Ni eolgul gaseume saegyeo
Neo yeoksi himdeultende
Gonhi jamdeun eolgullo haengbokhan kkumeul kkuneun neo
I gently lie next to you and engrave your face in my heart, you must be suffering too. 
With a sleeping face, you're dreaming a happy dream

Minwoo sibuk dengan tanaman herbalnya. Mencangkul setiap inci tanah di taman buatannya, dengan ekspresi serius. Keringatnya mulai membasahi kaos warna coklat yang ia kenakan. Detik itu, cipratan tanah menghambur kearah tubuhnya. Gadis itu memain mainkan sekop disampingnya sembari tersenyum. Masih mengenakan gaun putih favorit Minwoo. Minwoo tak bisa menahan senyum tulusnya. Berusaha menyekop tanah, mencoba membalas permainan nakalnya. Lantas gadis itu lenyap. Senyumnya hilang....

Adegan 3
[DongHwan]
Useodo useojiji anha
Chueoge sarojaphil ttae
Achimi oji anhasseumyeon
Neol bonael su eopge
Even if I smile, I can't smile when I'm caught in our memories
I don't wish the morning to come, so I don't have to let you go
And it Hurts~ And it Hurts so bad

Seperti biasa Donghwan dengan kameranya sibuk memotret objek yang membuat senyumnya sangat mengembang. Membuat perasaannya melambung. Objek gadis bergaun putih dengan renda dibagian lengannya. Sedang berayun ayun disebuah ayunan kecil terbuat dari rotan pohon rindang yang menjuntai. Kibasan rok yang dibuat gadis itu semakin memanggil-manggil lensa Donghwan lantas membingkainya dalam bunyi klik. Satu jepretan terakhir gadis itu lenyap, ukiran senyumnya turut hilang, kameranya tak mampu menangkap aura gadis itu. Donghwan memeriksa layar kameranya, tak ada lagi gambar gadis itu lalu Donghwan membengis kesal.

Sialnya, berimbas pada pekerjaan sehari-harinya. Deadline pameran untuk tema “Wonderful Women” membuatnya frustasi. Model dihadapannya berubah menjadi gadisnya, gadis masa lalunya. Pedih, membuat Donghwan tak pernah konsen dengan blidznya. Seluruh Studio terbakar emosi Donghwan. Pencahayaan, kilauan flashnya, dress putih, membuatnya tak pulih sedikitpun dari rasa cintanya. Akhirnya Donghwan menghentikan pemotretan, Ia pergi meninggalkan studio…

Adegan 4
[HyeSung]
Uri maeumgwa ipsureun seoro dareun mareul haneunde
Apahaltende
And it Hurts~ And it Hurts so bad
[HyeSung] Yeongwonhi nae gaseumen neobakke eobseo wae moreuni
Neon wae moreuni
And it Hurts
Our heart and lips say different things, must be hurtful 
And it hurts, and it hurts so bad, forever in my heart 
You're the only one, why don't you know, why don't you know, and it hurts

Tangan mereka bergandengan. Gadis itu menuntun hyesung berjalan. Gadis cantik bergaun putih, dengan big belt orange yang merangkul pinggul menawannya. Mata Hyesung saat itu tertutup dengan selendang orange dari kekasihnya. Masih dengan nuansa serba putih. Mereka berhenti disebuah bangunan. Wajah centil gadis itu tak tahan melihat ekspresi penasaran Hyesung. Membuat tangan gadis itu segera menarik penutup matanya. Surprise... didepan mereka terdapat sebuah toko buku yang diidamkan Hyesung. Hadiah untuk hari jadi mereka, sebuah toko buku bertuliskan “Uri Story”. Cerita cinta dimulai dari sini semua kenangannya terselip disetiap rak rak buku yang mereka tata. Kegembiraan, suka dan duka merawat dan mengelola toko itu bersama. Hingga saat gadis itu kembali lenyap ditengah imaji Hyesung bersama tumpukan buku-buku yang kini ia tata sendiri.

Let it Hurt, let it Hurt, let it Hurt so bad Let it Hurt, let it Hurt, let it Hurt so bad

Adegan 5
 [JunJin]
Jebal dasineun yakhaejiji malja saenggakgwa mareun dareuge
Gaseume beonjin ingkeuwa nunmuri mareuge
Han jumui jaecheoreom jabeul su eomneun saecheoreom nal kkaetteuryeo geu sogeseo neol tteona bonaege
I tell myself, please don't weaken again, unlike my thoughts and words
So that the ink and tears that have spread in my heart dry up
You break me like a fist of ash, like an uncatchable bird
So I can let go of you within

Junjin menghentikan petikan gitarnya terdengar suara teriakan dari lantai bawah apartemennya. Mengharuskan pria berkemeja biru muda itu menengok kearah jendela. Gadis berperangai lembut itu menari berputar-putar untuknya dari bawah, seperti balerina memanggilnya dengan isyarat saranghae dari lekukan tangannya.
Junjin tersipu malu, segera turun untuk menyambutnya. Jantung tak kuat menahan detaknya yang gembira. Pintu terbuka, seperti tonjokan tepat diulu hatinya, yang ada bukan sosok kekasih yang didamba melainkan teman-teman bandnya. Menghambur memeluk Junjin dengan santai. Memukul lengan dan dada Junjin bercanda tanda persahabatan. Membiarkan teman-temannya naik ke lantai atas meninggalkan Junjin dengan senyum kakunya. Seperti terjerembab rasa galau yang membuncah bagi Junjin. Junjin menutup pintu dengan gebrakan keras.

Adegan 6
[MinWoo]
Chagapge gogael dollyeo
Hamburo deonjin maldeure nan
Jinsimi animyeonseo
Seoroui mameul jjijeonwa juwo dameul su eomneun mal
I turn my head coldly, in the words that I have thrown mindlessly while they weren't our honest feelings
Tear each others hearts, words that we cannot fetch back

Minwoo terlihat hampa, memasak tanpa perasaan. Membiarkan menu berderet dihadapannya. Masih jelas diingatan, gadis itu sering membawa sampanye untuk Minwoo hanya sekedar menyemangati nya sebagai chef direstoran bintang lima. Appronnya ia lempar dengan marah, mendarat ditepian wajan. Menyulut api, lantas menyambar tangan partner memasaknya. Protes sang manajer untuknya kala itu membuat Minwoo merasa bersalah. Meminta maaf kepada temannya adalah cara terbaik bagi Minwoo. Temannya tersenyum kemudian, menyodorkan sebotol sampanye untuknya. Seolah temannya sangat mengerti perasaan Minwoo akhir-akhir ini. Mimik Minwoo berubah menjadi senyum pasrah.

Adegan 7
[HyeSung]
Deo isang saranghaji anha
Geu saramgwa haengbokhaesseumyeon hae
Majimak butagiya Jebal geunyang gajwo~Woah~
I don't love you anymore, 
I hope you to be happy with that person It's my last favor, please just go

Andy terlampau keras dengan panahnya. Menarget titik yang harus ia tembak. Membuatnya langsung frustasi. Sasaran yang berbentuk bulatan bulatan membingungkan matanya. Setiap tembakan melenceng berinci-inci dari poin yang akan memenangkannya kelak dipertandingan. Yang membuatnya resah adalah sosok gadis yang menjelma menjadi sasaran tembaknya saat berlatih. Bercanda dengan panah mainan bersamanya adalah hal yang paling ia rindukan. Lamunan menyerupai nyata, mengantarkannya pada depresi akan gadis itu.
Gadis pembawa apel merah, tangannya terangkat diatas kepalanya siap dibidik panah Andy namun hanya luapan tawa yang mereka hamburkan. Kenangan demi kenangan membuat panah Andy diluar kendali.

And it Hurts~ And it Hurts so bad
([HyeSung] Oh~Woah~)

Adegan 8
[DongWan] Uri maeumgwa ipsureun seoro dareun mareul haneunde
([HyeSung] Oh yeah~) Apahaltende And it Hurts~
([HyeSung] Baby it Hurts) And it Hurts so bad ([HyeSung] So~bad)
[DongWan] Yeongwonhi nae gaseumen neobakke eobseo wae moreuni Neon wae moreuni And it Hurts
Our heart and lips say different things, must be hurtful
And it hurts, and it hurts so bad, forever in my heart
You're the only one, why don't you know, why don't you know, and it hurts

Tenaga Eric tak kunjung berhenti disini. Memukuli kantung pasir diatas ring sebagai bentuk rasa amarah yang membuncah. Obsesinya untuk menang kejuaraan boxing national ia tunjukkan dengan menempelkan stiker Boxing Champion disamsak yang ia pukuli. Keringatnya mengucur diseluruh tubuhnya. Kaos putih tanpa lengan merembes basah.
Seseorang melempar handuk kering kearahnya. Eric menoleh, tampaklah gadis berbalut baju sporty putih adidas bercelana pendek lengkap dengan deker orange. Mengangkat tinggi tinggi banner yang bertuliskan “Hwaiting!!! <3”
Eric tertawa lalu mendatanginya sambil mengusap keringatnya yang luruh, mengambil botol air minum dan mengguyurkan keatas kepalanya. Seketika diusapnya kembali wajahnya yang lelah, dilihatnya kembali gadis itu. Kosong…gadis itu tak pernah hadir lagi.

Adegan 9
[Eric]
Ije gyeouna baewosseo neol saranghaneun beop
Galpi jocha mot japgesseo neowa ibyeolhaneun beop
Modu byeonhaeganeun geose gildeullyeojyeo ganeun geot
Saneun geot Manheun geoseul da pogihae ganeun geot
Gaseum nopikkaji ssahin bamsae naerin nuneul chiwo
Utneun ppiero hwajangeul naneun jiwo
Bokgu halsu eomneun hyujitongeul biwo
Miro Wiro Nal geonjyeojugil gido
I finally learned it, how to love you
I don't even know where to start, on how to break up with you
Getting used to everything changing Living,
 Giving up many things
 I shovel all the snow that has piled up to my heart all night
 I take off the smiling clown make-up
 I empty the trash folder that can't retrieved back A maze,
 I pray that someone will scoop me up

Band Junjin tampil pertama, permainan gitar Junjin membahana di seantero konser band Indie Korea. Lagu ditutup dengan nada tinggi dari sang vokalis. Entah apa yang ada dipikiran Junjin. Ingatannya masih dipenuhi gadis itu, gadis yang selalu membawanya dalam impian indah yang ia bangun selama ini. Suara gadis itu berdengung di telinganya. Menyakitkan. Cuplikan bayanganya ada dimana-mana. Saat ia latihan, saat ia sendiri, saat ia bermain dengan gitarnya. Tak kuasa menahan, diangkatnya gitar Junjin, dengan segenap tenaga, ia membanting gitarnya ditengah-tengah panggung. Sekali dua kali bahkan berkali-kali. Sang vokalis tercengang melihat tingkah Junjin yang attractive. Setelahnya Junjin meninggalkan gitarnya yang hancur sama seperti rasanya.

Adegan 10
[DongWan] Achimi omyeon dalkomhan Kkumeseo kkaeseo tteonagetji
I dont want nobody else but you~*silent for a while*
When the morning comes,
I will probably wake up from this sweet dream and leave i don't want nobody else but you,….*silent for a while*

Eric menghajar lawan kelas beratnya, pukulan eric tak cukup kuat untuk menumbangkan lawannya. Pikiran Eric kacau, sorak sorai penonton membuatnya frustasi. Ia masih mencari cari sosok gadisnya ditengah penonton. Memecah konsentrasi, pukulan mendarat tepat diperutnya. Lawannya berhasil mengambil celah. Eric tumbang, wasit menghitung puncak detik kekalahannya, lawannya mencela.

Tak ingin menyerah ia berteriak dengan sakit “HYAAAA!!!!”.

[HyeSung] Bonaeya haneunde~
I need to let you go but

Tubuhnya bangkit mengeluarkan tenaga terakhir, menebas habis muka lawannya dengan serangan paling hebat dari kumpulan rasa sakit dihatinya. Suara dentang bel berbunyi, Eric menang.    

And it Hurts~
([MinWoo] Ah~) And it Hurts so bad
[HyeSung] Uri maeumgwa ipsureun seoro dareun mareul haneunde
Apahaltende And it Hurts~
Our heart and lips say different things, must be hurtful And it hurts, and it hurts so bad,

Adegan 11
([HyeSung] Hurts~Woah~) And it Hurts so bad
([DongWan] Baby it Hurts~)
[MinWoo] Yeongwonhi nae gaseumen neobakke eobseo wae moreuni
Neon wae moreuni
And it Hurts
Forever in my heart You're the only one, why don't you know, why don't you know, and it hurt
[Andy] Listen Amugeotdo anboyeo nunmuri chaollaseo
([HyeSung] And it Hurts) Eodibuteo jalmotdwaenneunji meori soge maemdorasseo
I can't see anything because of the tears that have filled up. What was the beginning of the cause,


Hingga saat pertandingan berlangsung, Andy berpegang pada keyakinan dan konsentrasi penuh atas titik yang harus ia bidik. Berusaha menepis bayangan gadis itu, gadis yang menenggelamkan isi hatinya. Dalam hitungan ketiga Andy menarik laras panahnya, memicingkan kedua alis tebalnya, membidik lalu melontarkan panah nya dengan rasa memaksa. Gadis itu muncul lagi, mengganggu Andy untuk kesekian kalinya. Masih membawa apel, Andy menarik nafas panjang, membidik tepat di jantung gadis itu. Senyum riang gadis itu menampar segala rasa sakit yang ia derita.  Panahnya terlempar sejauh yang ia perkirakan, tepat sasaran, tepat dibayangan jantung gadis lampaunya. Semacam melegakan, poin sempurna ia dapat. Mungkin itu panah terakhir yang membawa rasa sesak dalam diri Andy.

Adegan 12
 ([HyeSung ] And it Hurts)
[Andy] Mollasseo I was wrong nae yoksim ttaemae Now youre gone And I want you back Baby girl I want you back
I kept thinking about it I didn't know, I was wrong, because of my greed, now you're gone And I want you back baby girl, I want you back

Bayangan Hyesung dikaburkan oleh bel dimeja kasir. Sosok tangan lentik dari seorang pembeli terjulur dihadapannya, buku berjudul “We cant live in the Past” membuatnya mendesah sakit. Bibir Hyesung dipaksa untuk tersenyum pahit seketika.

 [HyeSung] We cant live in the past

Adegan 13
Foto terakhir yang ia pegang adalah foto favoritnya, Sepetak tembok khusus berwallpaper orange susu special untuk fotonya. Ia memasang gambar itu dengan wajah sendu khasnya, merelakan foto itu untuk ditawar seniman lain. Harapannya agar segera melupakan gadis berambut pendek yang sedang duduk menatap senja di danau. Foto itu akan segera hilang dari dalam hidupnya begitu juga gadis yang pernah mengisi hatinya.

THE END


by : indah


Senin, 25 Maret 2013

100 Puisi dan Sepenggal Cerita (Part 4)


Sayangnya berakhir tak asik. Meninggalkanku kah jawabnya. Sakit sangat sakit. Semua yang pernah kita lewati berujung pada jawaban kekecewaan yang menjelaga. Siapa yang salah siapa yang jahat?. Datang disaat yang salah dan kamu menyalahkanku. Apa yang kurasa tak pernah kumengerti bahkan selalu salah. Untuk apa mempermasalahkan ini semua ketika aku kelak akan menderita. Ketika nantinya hanya kebohongan akan perasaan. Aku akan berhenti dan menghentikan rasa (Cerita hampir berakhir)---Rasa

61. Diam diam sendu, kisah kelabu menyergap. Bertahta hampa syahdu melaga. Indah seraya mengingat memori kalbu #puisimalam

62. Putih abu-abu masih tentang kita. Tak memudar menjadi kepingan. Melebur membentangkan romansa SMA #puisimalam

63. Redupkan cahaya semu. Rindu kian mericuh. Siluet abu-abu tunjukkan bayang tentangmu #puisimalam

64. Langit enggan membiru, menyirat semburan abu-abu. Kaburkan pandangan tentang jingga yang menyeru #puisimalam

65. Kepala berputar penuhi kenangan tentangmu. Matikan setiap saraf otakku, jatuhku dalam warna kelabu perasaan #puisimalam

66. Putar waktuku untuk kehadiranmu. Masa lalu mengundang keindahan yang menghardik sakit hatiku #puisimalam

67. Putar kenangan tentangmu. Menyalakan api kerinduan. Membekukan segala rasa senyap berselimut malam #puisimalam

68. Sejak saat itu yang artinya sayang terlampau kelam. Mengharubiru menjadi tunggu. Sabar pasti menghasilkan buah rindu #puisimalam

69. Tetaplah disampingku, rindu napasmu yang mencemari ruang keluku. Hangat. Menghidupkan dunia kelabu #puisimalam

70. Aroma napas tubuhmu membuatku fana. Menyusup keparu-paru lantas sesak, racunkah yang kuhirup atau cinta yang pekat? #puisimalam

71. Hirup saat kau butuh lalu lepaskan. Tarik ulur napas tak teratur sama seperti rasamu padaku. Menjadi karbon kehampaan #puisimalam

72. Aku hanya jeda dalam napasmu. Bukan apa apa sebatas lompatan. Hembusan tanpa arti yang memberiku makna #puisimalam

73. Mengapa napas ini memburu? Mendekati sosok auramu. Jantung berhenti seketika, jatuh cintakah aku? #puisimalam

74. Kadang aku tak ingin tidur. Menjalani mimpi yang sekedar fantasi. Dibawa melambung lalu dilontarkan lantas mengayun sampe jatuh #puisimalam

75. Bundar bumi berputar bak roda. Langit melingkar hembuskan angin malam. Dingin menerjang mendekap sang bulan #puisimalam

76. Setiap malam, gelap meradang. Seluruh tubuhmu seakan dalam genggaman. Membayangkan keindahan dalam kenangan #puisimalam

77. Ketika alunan Venus meredam segala emosi, ketika suaranya menenangkan awal kemarahan. Dan biarkan mengalir seperti ini #Venuspoem

78. Cermin sang putri memantulakan sepi. Wajahnya keru rindu keajaiban si peri #puisiperi

79. Sakitnya melebihi apapun. Rasakan sayatan pedang tumpul dan cambukan pecut bergerigi menyalak keras dalam hati. Kapan sembuhnya? #puisimalam

80. Jika Venus adalah aku maka kamu Mars yang merah menyala. Segalanya cintanya berputar berjenis planet yang penuh misteri #Venuspoem

Kamis, 21 Maret 2013

The Named I love



“Apa yang kamu tulis untuk istri masa depanmu?” tanya Adam.
“Tidakkah itu rahasia?” protes Otto sambil menutup bolpoin dan  membentangkan sebuah kertas.
Sedikit gebrakan pada meja belajarnya.
“Teruntuk istriku tercinta. Karena aku sangat mencintaimu. Aku akan berusaha agar kita bisa hidup bahagia sampai akhir. Aku berharap kita bisa hidup bahagia selamanya. Terima kasih banyak ” Otto membaca suratnya sendiri sambil berekspresi aneh.
”Apa itu patut untuk disebut messages love?” goda teman berambut spike nya yang telah menghentikan acara meneken tulisannya juga, dimeja sebelah.
“Mari kita lihat punyamu. Aku ingin kamu selalu melakukan hal-hal yang terbaik bagimu. Karena sekarang kamu adalah prioritasku di atas segalanya. Marilah selalu hidup dengan bahagia. Sayang, aku mencintaimu. Menggelikan…” Otto tertawa, menerbangkan kertas-kertas konyol yang mereka berdua buat.
 Tangannya yang kasar menyambar sebuah gitar usang diatas kasurnya. Ia bangkit.
“Ok,saatnya bekerja. Aku harap kita mendapatkan keberuntungan hari ini”

Mereka berdua beranjak dari rumah kontrakan kecil di pemukiman sempit, meninggalkan kertas-kertas yang mereka anggap penting. Membawa dua buah peralatan berharga mereka, gitar akustik yang siap menggucang stasiun kereta. Dapat ditebak pekerjaan mereka adalah pengamen yang mempunyai derajat tinggi, tak maulah mereka disandingkan dengan pengamen biasa di emperan toko. Mereka bermusik dari hati, lagu-lagu mereka tak ada yang tak berarti, menciptakan lagu merupakan keseharian mereka.

Si Otto pemilik suara emas dan setiap lentik tangannya handal dalam bermain gitar  ,tak akan pernah berhenti untuk tersenyum kepada setiap orang yang akan ia hibur. Sama seperti partner seumur hidupnya. Si cemerlang Adam, dia berjanji akan terus menciptakan lagu untuk sobatnya dan bermain bersama hingga tak ada lagi orang yang mampu melihat mereka. Mereka yakin di setiap pagi menjelang, orang-orang juga akan ikut menanti mereka.

Sampailah mereka di stasiun tempat biasa mereka bermusik, tempat yang lembab, tembok yang berlumut dan dingin, hanya di temani tangga besi tua yang sayup-sayup terdengar suara berdecit kasar. Hari masih pagi sekali hanya sedikit orang yang lewat diawal.

“Hari apa ini? Kota sibuk setiap harinyakan?” seringai Otto.
“Entahlah, apa tema kita hari ini?” ujar Adam sambil menata beberapa bangku yang Ia ambil dari pos satpam.
“Jangan paksa aku berbuat buruk dengan tempat ini. Ceria saja seperti biasanya”.
“Okidoki”.

Otto memang enggan disuruh menyanyikan lagu sendu dengan alasannya yang konyol,“Suaraku terlalu menyayat hati, Adam” atau “Kenapa harus  aku, nanti nenek-nenek itu menangis” dan Adam hanya berusaha tertawa.

Untuk petikkan pertama sebagai pemanasan, gitar Otto terdengar mengalun sendu namun lambat laun hanya intro dan intro yang terus ia mainkan, bergemuruh keras lagu akustik yang menyenangkan. Adam berusaha menengahi lagu itu, mengikuti gerak jari-jari Otto, ekspresi sahabatnya yang menurutnya lumayan tampan ini membuatnya makin bersemangat. Tapi sayangnya pemilik alis tebal ini selalu tak serius meresapi permainannya.

“ Balonku ada lima..rupa rupa warnanya…” suara Otto melanglang buana ditengah kesunyian stasiun kereta.
“OTTO!! Haha seriuslah” hardik sohibnya yang kini memukul lengan si biang kerok. Permainan Otto terhenti seketika, “Kenapa aku mulai bosan ya?”.

Saat permainan mereka berhenti terdengar tapak kaki berlari kecil. Dua orang wanita sedang jogging bersama dan mengeluh capek bersama. Sosok itu duduk dianak tangga yang hendak mereka turuni. Pandangan kedua wanita berambut panjang itu mengarah pada dua orang pengamen di depannya. Mata keduanya tajam, menyisir gaya para pria didepannya yang sedikit compang camping namun manis itu. Sontak Otto dan Adam terkesiap dan segera menyanyikan lagu untuk mereka.

Baby you light up my world like nobody else

The way that you flip your hair gets me overwhelmed
But when you smile at the ground it aint hard to tell
You don't know
Oh Oh
You don't know you're beautiful


Para gadis masih memperhatikan dua pemusik itu lalu mereka tersenyum geli, sepertinya menarik. Lantas mereka menghampiri Otto dan Adam.

“Al, bukankah suaranya keren?” si pirang Victoria mengerling sambil menunjuk kearah Otto.
“Iya, mereka berdua pandai memainkan alat musik” Aline balas menunjuk ke Adam.

Tanpa pikir panjang Adam hanya terdiam dan memainkan lagu berikutnya. Kali ini lebih melow dan dalam. 

Ingin sungguh aku bicara
Satu kali saja
Sebagai ungkapan kata… perasaanmu padaku
Telah cukup lama kudiam…
Didalam keheningan ini
Kubekukan di bibirku
Tak berdayanya tubuhku
Dan ternyata cinta yang menguatkan aku
Dan ternyata cinta… (tulus mendekap jiwaku)

Otto ikut bernyanyi. Victoria dan Aline semakin ingin berlama-lama berdiri didepan  mereka, akhirnya Aline sadar harus berbuat apa, dia merogoh kantongnya mencari uang kecil tapi kesempatan itu dihalangi oleh Victoria yang sedari tadi tak berkedip mamandang Otto. Victoria berbisik pada adik yang terlahir beda 5 menit itu, “Aku yakin mereka tidak butuh uang”. Disaat lantunan lagu mereka berakhir Victoria masih tak berkedip.

“Sudah lama kalian berada disini?” tanya Victoria.
“Ehm..,setiap saat” jawab Otto sedikit gugup.
“Aku yakin kalian disini sangat lelah, ini ada hadiah kecil buat kalian” Victoria dan Aline memberi saputangan pada Otto dan Adam lalu melanjutkan joggingnya begitu saja.
“Kamu sudah tidak merasa bosan?” mendadak Adam menepuk pundak Otto yang masih melempar pandangan pada dua gadis tadi. Mendadak pula raut wajahnya seperti melambung, hembusan dadanya mencengkram kuat petikan gitar lalu suara emasnya kembali bersahutan diseantero stasiun.


Membuat diriku sungguh-sungguh

Tak berhenti mengejar pesonanya
kan ku berikan yang terbaik
tuk membuktikan cinta kepadanya

Dia dia dia cinta yang ku tunggu tunggu tunggu
Dia dia dia lengkapi hidupku

*****
Disisi lain Victoria dan Aline saling pandang dan memikirkan kejadian tadi.
“Kamu nekat!” kata Aline dengan sedikit penekanan.
“Aku butuh hiburan. Lagi pula dia terlihat cukup baik” diam-diam Victoria mengulum senyum.
“Jangan sampai Andy tau” mata lentik Aline seakan menghujam kakaknya.
“Oh..ayolah aku tidak sejauh itu. Aku bisa merasakan ketulusan mereka saat bernyanyi. Dirimu juga merasakannyakan? Mata coklat pria itu…, jangan buat hidupmu terkekang bersama Eric. Jujur saja apa yang kau rasakan”.

Aline mengumpat keras ketika pembicaraan sudah menyangkut perasaan. Diam-diam gadis mungil itu bersemu merah.

Victoria dan Aline kembali ke istananya yang megah. Tentu saja, mereka adalah saudara kembar dengan berbagai karakter yang berbeda-beda. Dua orang tuan putri anak seorang pengusaha tenar di kalangan berbagai Negara tetangga, dengan segmentasi yang bukan Indonesia ini, sangat terhormat ditambah tempelan manner yang berbobot. Numpang tinggal di Indonesiapun hanya sebatas skenario agar terlihat tidak terlalu mencolok, sedangkan ayahnya yang sering berseluncur ke Negara-negara lain mewajibkan anak kembar itu harus menikah muda.
Mereka tinggal bersama dua orang laki-laki yang akan siap mendampingi hingga akhir hayat . Andy dan Eric  adalah laki-laki dari sekian yang terpilih menjadi tunangan mereka. Laki-laki dari keluarga terpandang juga, bibit bebet bobot mereka terpenuhi diatas normal. Tak ada kata-kata tak sempurna didalamnya.

“Kami pulang!” teriak mereka berdua dengan nada yang sedikit absurd dari biasanya.
“Selamat datang. Makanan sudah disiapkan” sambut pelayan mereka.
“Terima kasih, Tuan muda sudah datang?” celetuk Victoria sambil berjalan ke dalam rumah tiga lantai itu.
“Masih dalam perjalanan…”

Eric dan Andy bekerja di suatu perusahaan milik mereka sendiri. Menjadi direktur bersama dan membangun serta mengolah perusahaan mereka sendiri dari nol. Menjadi partner dari perusahaan ayah si kembar memberikan peluang menjadi menantu nantinya. Terdengar pintu utama terbuka saat si kembar mulai memanjakan mulutnya dengan semangkuk sereal didepan TV. Sambutan hangat terdengar dari arah luar.

“Kalian berdua bangun pagi sekali hari ini? Tak biasanya” senyum khas dari sosok tinggi kekar memukau dunia. Andy nimbrung tepat disamping Victoria dan menyambar mangkuk sereal. Enggan menjawab sambutan sayang Andy justru Aline yang memprotes, “Kami selalu bangun pagi akhir-akhir ini!”.
“Saat tak ada kami apa yang kalian rencanakan?” goda Eric yang sudah berdiri di didepan TV tepat.
Nothing” menjawab dengan kompak sambil saling pandang.

*****
What’s your feel today?”  Adam menulis diarynya dengan semangat seperti biasa. Kebiasaan yang tak bisa tertunda setiap harinya dan mau tak mau Otto ikut-ikutan terpengaruh didalamnya.
“Keuntungan kita hari ini tidak ada tapi kita mendapat sesuatu” Otto menulis diselembar kertas dan diberikan kepada Adam. Adam menempel kertas milik Otto di buku diary anehnya. Sekilas bola mata Adam menangkap pesan yang disemburatkan dari tulisan Otto.

“Jangan berharap kepada mereka!”
“Siapa tau mereka akan datang kembali, Aku belum sempat menanyakan namanya. Mereka memang cantik” Otto melamun sembari memainkan sepotong saputangan merah jambu milik Victoria.
“Aku tidak akan berharap pada siapapun jika aku menjadi dirimu”  Adam memang berpengalaman dalam urusan perasaan, dia bisa melihat sesuatu yang terlihat salah dari awal.


To be Continued......

Minggu, 17 Maret 2013

Aku Kataku, Kamu Angkamu

Orang itu adalah kamu. Iya kamu, yang memakai kemeja biru muda polos. Mengamatimu hanya untuk melihat bahwa jarak kita sangatlah dekat. Otomatis menyeret semua ragaku. Membenamkan akal sehatku. Lumpuh menjadi kebodohan yang membuatku menari diatas rindu sosokmu. Kamu yang bercirikan tinggi dan pandai beretorika nada baku, sedikit memiliki keparauan khas keJawatimuran selalu menggema ditelingaku. 

Seluruh spekulasi dan daya pikirmu yang memanipulasi imajiku menjadi realita berdasarkan logika. 

Hobimu yang selalu bergelut dengan angka angka yang menyesatkanku. Matematika, Fisika, Kimia adalah sohib sejati yang kau berdayakan menjadi sebuah geng konyol bagiku. Bahkan Biologi masuk menjadi anggota newbie geng hitung menghitung yang kau favoritkan. Aku jadi cemburu ketika angka itu menertawakanku dan mengejekku sangat tak bersahabat. Hanya padamu rumus itu tunduk lalu tersipu malu. Itu bedanya dengan aku yang tak pandai ini.

Duniaku pada huruf huruf yang terangkai manis, berbasa basi tentangmu. Hanya sosokmu. Puisi, kisah pendek tanpa alur, cerpen, cerbung bahkan novel, semua adalah beribu-ribu kata, berpasang-pasang kalimat, sambung-menyambung menjadi paragraf hingga titik berlembar-lembar. Akankah kamu tau, semua tak kalah bernyawa dibanding sebutir angka yang kau seriuskan?

Sempatku tertawa bengis kemudian mencoba menyelami dunia angkamu. Mencintai apa yang kamu cintai, menyisihkan waktuku, berenang mengeja angka dan rumus frontal. Apa yang terjadi? Terpakuku hanya padamu yang mengajariku dengan terbata-bata. Panjang kali lebar lalu dikuadratkan, Jarak antara bumi dan matahari berjuta-juta tahun cahaya, ilmu fisika kuantum yang mencercaku. Aku terhenyuh, sebegitu ahlinyakah makhluk didepanku ini. Apa yang ada diotaknya? Kenapa aku jatuh cinta pada ke-MIPA-annya. Mestinya aku menjauhi angka yang menhujatku.

Garis bibirnya senada dengan bingkai kacamata yang membulatkan mata sayunya. Mahasempurna. Aku dengan simbol artistik dan kecerobohan dimana mana, banyak bicara, menjadi seniman moody yang nyentrik ditambah daya khayal yang ekstrem disandingkan dengan manusia penggila logika, manner pemimpin yang teguh prinsipnya, pemikiran jangka panjang sejauh jarak matahari dan pluto mungkin dan minim bermain kata bahkan saat bicara sekalipun. Tak mampuku menandingi  Tak pantas mendekat hanya menatap sekedar tatapan teman. Inikah cinta tapi beda.

Terbuaiku dalam bayangan apakah kamu, mungkin dengan isengnya membaca setiap sajak dan bait yang ku buat untukmu secara sembunyi. Diam diam mencermati lalu memaknai kata "kamu" sebagai sosok dirimu sendiri saat ini didepan layar leptop ataupun handphone. Senang rasanya jika itu terjadi.

 Cintaku terbalas secara isyarat tanpa bahasa tanpa logika 
Aku dengan kataku dan kamu dengan angkamu


by : Indah


Sekarang ceritanya bukan si ganteng dan si biasa, bukan si kaya dan si miskin tapi si perangkai kata dan si penata angka  :)

Mainan Masa Kecil -- Dadu


Hasil simpel dari cammy. Foto lama yang diumbar lagi. Hasil edit dari aplikasi suka suka saya. Sebatas bermain cahaya dan melibatkan selembar kain putih sebagai alasnya. 


Kisah tumpukan dadu terbengkalai. Kumpulan mainan masa kecil yang perlu di abadikan. Disimpan hingga usia 20 tahun sampai sekarangpun masih rapih dalam kotaknya.


Benda kotak berbintik membangkitkan tawa masa kecil. Masih ingat saat dadu ini adalah hadiah dari sebungkus jajan chiki dengan MSG yang luar biasa banyak. Yang ditawarkan bagiku bukan kelezatan isinya tapi semacam, mendapat kejutan macam apa didalamnya, sembari membelalakkan mata dan berteriak "Dadu!!!" tanganku terangkat keatas lantas menyanjungnya.


Warnanya biru dan merah, lucu ditambah goresan goresan halus disetiap sudutnya. Pertanda benda ini tak pernah tak ku mainkan pada masanya hingga sekarang. Moment absurd yang menggelikan :)



by : Indah



100 Puisi Sepenggal Cerita (Part 3)

41.   Hinggaplah pada #hidupku. Terjerembab dalam rasa yang salah. Memacu cemburu beriak luka. Bukan dia   tapi aku #puisimalam

42.   #Hidupku tak untuk kau tunggu. Sebatas waktu yang akan membuka jalan. Menuai pahit enggan memudar. Pergilah sayang #puisimalam

43.   Malam masih tetap terjaga. Tenggelam tanpa bayangmu. Menelan nafas untuk #hidup. Menyeringai saat semuanya palsu #puisimalam

44.   Hentakan malam membuat tegar dalam heningan. Kerlingan mentari menjadi gema disetiap langkah menuju #puncak kesuksesan #puisimalam

45. Hentakkan kaki kuras amarah. Sakitnya menjelaga penuh benci. #Senja merana lalu meredup membekas duka. Sembuhkan aku cinta, hatiku beku #puisisenja

Yang kurindukan sedang tak merindu. Terungkap oleh sisi sisi sesak yang meradangku. Perlahan mulai menyeruak meminta pertanggungjawaban atas rasa yang salah. Bongkar semua dan kamu tiba-tiba menghilang ditelan bumi. Kabut menutupi keberadaanmu ketika aku mengunggah pertanyaan. Kutunggu jawabmu tapi tak berangsur mengujar kata. Kamu dimana? Apakah tersesat? Atau hanya memantau atau memang dibuat seperti ini?  (Cerita tanya)---Pertanyaan  

46. Mengerang dalam setiap tangis lalu terlelap dalam jentikan malam. Mimpi menyeruak dalam indahnya gambaran. Nyatanya tidak. Selamat #malam #puisimalam

47. Deburan ombak mengantar kan #senja pada renungan. Melintasi khatulistiwa tanpa menerpa. Hingar bingar kicau camar meliuk sang samudera #puisisenja

48. Langit jinggamu jauh. Kukejar makin jauh tapi masih terlihat dan membekas dihati. Iya dihati. #senjaku takkan hilang meski aku berhenti :’) #puisisenja

49. Berdansalah denganku sekali saja #senja maka kau akan merasakan bebasnya seluruh beban mendung yang menggelayut dalam setiap langkah #puisisenja

50.  Melilitkan seluruh rangkaian cinta pada awan. Memastikan bahwa #senja tetap disitu. Menerima rasaku tanpa perlu kau pahami dan mengerti #puisisenja

51. Kulewati waktu lagi. Mengamati dan mendengar setiap lekukmu dengan mata ini. Hangatnya sinar masih berusaha untuk merayapi #pagi #puisipagi

52. Terkikis habis rasa rinduku. #Energi untuk tetap bertahan menyelimuti lara mengokohkan hati. Dengarkan jeritan hatiku #puisimalam

53.  Mengintip kembali #senja ku yang hanya diam. Kuperhatikan dari jauh warnanya masih sama mungkin kini penuh kebimbangan akan mendung #puisisenja

54. Kutitipkan pada #senja sepucuk surat cinta untuk sang malam. Tak terbatas mimpi tak terbatas rasa ini. Semunya belum sempurna :’) #puisisenja

55. Dan sang malam masih mengucapkan salam penidur. Berikan salam pembangun juga untukku. Kuharap kau tau #pagi #puisipagi

56. Rasa tak rela meninggalkan #senja. Sangat. Hanya bisa melihat dalam gelap yang teramat sangat. Sedih #puisisenja

57. Jangan mulai rapuh, jangan mulai memudar hanyaku disini #menunggu. Mencoba menghalangi setiap laramu #puisimalam

58. Maaf aku mencintai kekasihmu. #Menunggu sembari mendoakan hal yang tak seharusnya kudoakan. Hati sudah menjelaga oleh cinta #puisimalam

59. Sesak adalah #menunggumu. Ketidakpastian, meragu, galau dan selalu menoleh kearah ilusi #puisimalam

60. Ajaibnya aku tetap bertahan. Masih bersabar tentang semua lara yang kupendam. Menelaah kata #batin yang menggoyahkan #puisipagi

by : Indah

Rabu, 13 Maret 2013

Kepada Bola Dunia

Teruntuk Bola Dunia


Sebelumnya, aku, si Periang ingin menyampaikan beribu kata desah dan lontaran kata terima kasih kepadamu yang suka berputar pada porosnya. Terima kasih telah mengizinkanku menginjak-injak lantai lembab berlumut nan dingin, terima kasih telah memberiku ruang yang lapang hingga tak cukup waktu yang kumiliki untuk berkeliling bahkan tak mampu dan terima kasih telah ramah meneduhkanku dengan atap mencerahkan sehingga dapatku melihat laut secara bersamaan dan sadar bahwa laut masih biru dipantulan awanmu.

Semua telah kusyukuri dan kuindahkan dalam memori hati, tapi kenapa aku yang menumpang ini masih tak bisa menepis istilah dunia itu kejam? Apa yang salah denganku atau denganmu? Kenapa aku masih merasa kesal dengan segala kehidupan ini?

Bagian desahannya adalah ketika aku harus menjadi dan mencoba menjejalkan rasa riangku didesakan rasa sakit akan kisah asmara yang rumit. Menyusuri dasar hati yang gelap dengan pulasan pipi merona seakan-akan aku masih baik-baik saja. Makin kedalam makin terperosok lalu diseret didalam kegelapan dan keperihan. Aku bukan gadis perih tapi peri-ang, kuyakinkan segalanya. Adegan dicintai mencintai. Membenci dan dibenci. Kehilangan dan dihilangkan. Merindu dan dirindukan. Cinta bersemi kembali dan tak mau kembali. Keterlambatan dan menyalahkan waktu. Rasa datang disaat yang salah. Dipatahkan dan mematahkan. Persimpangan masa silam.

Lelah didasar hati, aku berlari berlindung dalam sapaan hangat sahabat. Memulihkan keadaan, meramaikan suasana tapi dikeramaian masih terasa senyap. Sangat menguatkan, tapi tak untuk selamanya. Duka tak hanya ada pada asmara tapi pertemananpun. Saling membelakangi, membicarakan tanpa henti. Saling menyombong akan keadaan yang dimiliki. Saling iri dan menghakimi menyerang perasaan. Yang ku ambil hanya serat-serat nasehat positif untuk dikaji lebih dalam dan dicocokkan pada masalah yang bertubi datangnya. Seperti teori untuk memecahkan kasus penelitian ilmiah.

Merangkakku pada lingkup kecil yang disebut keluarga. Meminta untuk dihangatkan hati dan perasaan, diteguhkan segalanya namun biang kerok muncul kembali ketika menerjang semangat masa depan. Diloyokan hatiku kembali, digoyahkan seluruh riangku lagi saat keluarga pada titik egoisnya masing-masing, mengatur yang tak berhak mereka atur, menjembatani apa yang mereka mau, lalu dipaksa untuk melaluinya tanpa terjatuh. Lantas seperti boneka, fisik ini tak pernah sinkron dengan pikiran dan kalbu. Aku harus bagaimana? Bantuan terakhirku ada pada keluarga! Tapi tak pernah sama, prinsip ataupun kehidupan yang aku jalani.

Dari semuanya, seperti rangkaian skenario yang memang engkau buat agar dirimu yang bundar ini tak merasa kesepian. Merasakan apa yang kurasa, membuatku menjadi sendiri, agar aku bisa bersamamu dengan cukup memimpikan keberduaan yang searah denganku. Nyatanya enggan kau izinkan. Nyatanya aku hanya bisa menikmati alammu saja, tak kau biarkan aku berpaling mencari kebahagiaan lain. Alam masih bersamaku, hijaunya hutan yang menyita mataku tuk menutupnya, angin yang menyepoi menyegarkan lelahku, sinar yang menghangatkan kedinginan hatiku. Itukah caramu agar aku tak tampak sendiri? Jahatnya! bolehkan aku sekali-kali merasakan sentuhan-sentuhan kecil kebahagiaan yang aku inginkan? 

Aku berjanji akan menjadi yang kau inginkan 
Bola dunia tak pernah kutinggalkan alamnya
Tapi tolong, jangan rampas segalanya menjadi buih
dan membiarkan aku mencercamu sebagai dunia yang kejam

Tertanda Periang


Dreamer :’)


by : Indah

Bagi yang bingung mau curhat sama siapa, coba deh curhat saja sama alam pasti didengar kok :p
Jadi ini surat kaleng untuk bumi dari gadis periang ceritanya :D



Senin, 11 Maret 2013

100 Puisi Sepenggal Cerita (Part 2)


Sama seperti tangisan hujanmu yang lalu. Dirimu yang mengeluh memintaku untuk setiap doa yang kusebutkan. Aku hanya melenggang sambil berkata bahwa doa dan semangatku terus menyelimuti tubuh rapuhmu. Jangan pernah takut untuk rintangan didepanmu karena ada aku, aku yang selalu memberimu kekuatan. Meski ragamu tak ada padaku tapi hatimu masih membutuhkan setiap belaian sayang dari tuturku. Aku tau dan kita sama sama tau. Hanya waktu yang enggan menyetujui persatuan ini. Dekapan ini hangatnya sentuhan fana ini menusuki jantung. Melawan semua area rahasia kita, menerpa setiap realita yang ada (Cerita ditengah sepi)---Doa dan Semangat



21. Malamnya sayu, melelapkan segala mata #kerinduanku. Merebahkan segala raga melumpuhkan seluruh hati yang bisu #puisimalam

22. Kulompati setiap jarak, hantarkan #kerinduanku pada sang malaikat, waktu tak mampu mempertemukan maka hanya sebatas penantian #puisimalam

23. Meresap dalam relung sukma. Mengiris #tajam rasa cinta. Enggan membuka jalan untuk persimpangan #puisimalam

24. Kapan kau perna sirna sayang, menghunusku melebihi #tajamnya pedang, mencongkel seluruh mata batin yang nelangsa #puisimalam

25. Rindu ini merajamku sampai padam. #Tajamnya cinta yang kau abai membelah seluruh raga merana. Kubertahan #puisimalam

26. Bayanganmu semakin #tajam. Memenggal setiap inci kenangan. Merampas liku keindahan #puisimalam

27. #Longdistanceheart tentang jarak yang memisah tak untuk cinta kita yang terbelah #Katakankatamu #puisimalam

28. Tak berhak #cemburu karena bukan milikku. Hanya memendam rasa semu yang tak kunjung berujung #Katakankatamu #puisimalam

29. Seperti musim #semi dirimu dan diriku terbentuk dalam nuansa romansa menapaki setiap mekarnya bunga mawar tanda cinta #puisimalam

30. Terjebak dalam kesemuan yang ber#semi kembali. Menyentak setiap hati. Kacau meracau dalam cinta. Terurai dalam bayangan #puisimalam

31. Air mata ini terus jatuh, menetes di setiap benih agar ber#semi menjadi sesuatu yang abadi dalam dukaku #puisimalam

32. Menjelajah mencari sepi. Hanya kenangan semu yang ada. Disetiap musim #semi ku menunggu, memori awal pertemuan kita #puisimalam

33. Hanya ber#semi jika tandamu muncul. Menuai apa yang kita tanam. Benih cinta tumbuh menjadi kenangan manis menjuntai #puisimalam

34. Cinta kembali #semi kala semua tersiram keluluhan. Ketidakmampuan untuk tak menoleh kebelakang. Merdam amarah lampau #puisimalam

35. Mata ini terpejam tapi hati masih terjaga. Telinga ini pura pura tuli tapi pikiran ini mendengar. Setiap #keluh dan rengekan perasaan #puisipagi

36. Terlelap untuk yang kesekian kali. Menanti pagi yang tak kunjung henti. Meraih #senja yang kabur dan bersembunyi. Kapan aku terhenti? #puisisenja

37. Malam tak kan pernah berpijar lagi. Berperangai bintang berbenteng rembulan. Percuma langitnya masih #semu tak mau menyatu #puisimalam

38. Awal dari #hidup adalah pagi. Mati sebentar saat malam. Yang abadi hanyalah hati. Tak berawal dan tak pernah mati #puisimalam

39. #Hidupkan kisah tak bertuan. Beri roh pada setiap hati hampa. Menggeliat sang sepi menuju pencerahaan. Jatuh cinta #puisimalam

40. Kepada kenangan untuk dirindukan. Hempaskan? Jangan. Tapi pulihkan dengan #hidup damai, terbungkus cinta bersemi #puisimalam

By : Indah