Sudah 3 tahun dan itu melelahkan.
Lewat-lewat didepanku tanpa ampun dan aku hanya bisa melihat dan merasakan. Bayanganmu
dengan segala keangkuhan yang melekat. Mengapa selalu berputar-putar dan aku
hanya melihat mata tajam, serangkaian alis tebal yang menyilaukan. Aku
perempuan pendendam, menyimpan rasa yang dalam. Hatiku tertahan atas rasa
dingin dan gengsi bukan kehangatan yang kurasakan saat bertemu sekilas
denganmu. Bukan rasa menenangkan dan kasmaran yang menjelaga. Aku bukan
perempuan biasa. Penuh tantangan cintaku ini hingga lelah rasanya.
Playboy. Sosok itu selalu
menerkamku. Iya, aku paham kau suka bermain cinta mari bermain denganku sekali
saja lantas kulepaskan rasa murni yang kupendam ini. Menarik bukan!. Hari itu datang
hari permainan kita. Kumunculkan sosok wajah angkuh yang kupunya. Senyum
meremehkan tepat didepan laki-laki yang selama 3 tahun benar-benar menyita
perhatianku.
“I heard you’re a player. So lets play a game. Lets sweet talk. Lets
play fight. Lets talk 24/7. Lets tell each other good morning and good night
every day. Lets talk walks together. Lets give each other nicknames. Lets hang
out with each others friend. Lets go on dates. Lets talk on the phone all night
long. Lets kiss and hug. And whoever falls in love first? Loses”
Antara meradang dan canggung.
Mata yang kudewakan menatap lekat-lekat bibir tipisku yang kini berusaha tidak
bergetar. Dia berdeham. Dehamannya yang kutunggu seperti mengerti maksud
keisenganku.Saling tersenyum meremehkan sekarang. Aku sudah gila…
“Jika itu yang kau mau. Seminggu?
Sebulan?”
“Sebulan” jawabku singkat masih
dengan wajah yang paling datar.
“Call!”
Sebut saja Kris dengan sosoknya yang
paling menyebalkan tiada tara. Ia melenggang pergi sambil menggandeng perempuan
disebelahnya yang tampak mengecewakanku. Puas.
***
Seminggu dengan segala kemesraan
yang dibuat-buat. Aku mencintainya, segala sikap sombong dan sisi gelap
identitas playboynya. Fisiknya yang paling mencolok diantara deretan pria yang
pernah aku kencani juga. Kita sama sama ‘player’ tapi tak pernah ingin mengenal,
apa yang membuatmu berbeda? Mungkin baru pertama ini aku jatuh hati pada yang
sama sama memiliki identitas ‘player’. Mengasikkan.
“Apa tujuanmu membuat permainan ini?” tanya Kris penasaran. Mataku mengerjap cepat masih tak mengubah
mimik datarku. Yang ada mata kami saling melirik.
“Bosan. Mati rasa. Terlalu
kesepian. Monoton” jari-jariku mulai menghitung. Sampai dijari keempat kudapati
mata Kris sejenak kosong lalu kembali mengulum senyum absurd.
“Menarik. Aku jadi bingung apa
yang mendasariku menyetujui ini semua”
“Whoever falls in love first? Loses. Remember it” sinisku pada
kekasih jadi-jadian ini. Tawa Kris menghambur kemudian memelukku erat. Tubuhnya
bidang dan hangat. Nikmatnya kepalsuan ini membuatku semakin menyayanginya.
Rasa apa sebenarnya ini. Kekalahan yang sejak awal kurasakan sebelum permainan
dimulai.
***
“Sudah 3 minggu. Wah hampir berakhir
dan tak ada rasa apapun. Bisa kita ulang kiss
and hug barusan?” pintaku.
Hentakan itu membuat Kris
menegang. Dan aku suka menggodanya. Wajahnya mulai gusar. Kuperhatikan
lekat-lekat dia hanya diam. Kusentuh pipinya yang dingin lalu turun menyusuri
bibirnya yang merah jambu. Bibir ini yang menyentuh bibirku sedetik lalu.
Jari-jariku mendatangi dadanya yang bidang. Berhenti disitu. Ah sayang mati rasa.
Seperti dugaanku, Kris mulai mengangguk makin memahami ada sesuatu yang
mengganjal tentang ini semua.
“Seadainya aku kalah, apa kita
bisa bersama?”
Aku dengan segala kekuatanku
mulai terhenyak. Palung-palung pertahananku hampir runtuh. Tidak mungkin Kris
menyukaiku. Cintaku bertepuk sebelah tangan dan itu pasti. Segala rasa yang
terpendam dalam seminggu kedepan akan segera kulepaskan “Dalam 3 minggu ini
kita melakukan hal-hal yang wajar. Berkencan, berciuman, berpelukan, saling
kontak. Perlakuanmu sama dengan wanita-wanita lain. Kenapa hampir menyerah?”
“Hanya seandainya” balasnya
singkat.
“Apa yang membuatmu berfikir
seperti itu?”
“Aku tidak canggih menggomabali
wanita yang kusuka. Kau merusak hari-hariku ketika aku bersama wanita lain. Dan
satu hal mimikmu yang dingin, kaku dan sinis itu seperti berkata ‘sebenarnya
aku mencintaimu, Kris dari hati yan paling dalam’” cengir Kris.
Kupegangi hatiku rapat-rapat. 3
tahun cintaku terabai. Permainan ini hanya sebatas keisenganku untuk menguatkan
perasaan ini. Berpendar kembali setelah ucapanmu itu. Tidak bisa! Aku harus
melepaskan ini semua secepatnya. Mata Kris masih tertuju kepadaku yang
kebingungan. Aku tersenyum manis-manis.
“I cant explain what I feel” tambahnya. Gombalan manis yang sering
kudengar dari mulut Kris sangat membuatku terbiasa. Kemudian tangan dinginnya
merengkuhku untuk kesekian kali.
***
“Ternyata cepat ya sebulan” ucapku masih
datar.
Hari perpisahan tiba seperti hari
pengakuan dosa bagiku. Aku sangat mencintai laki-laki playboy ini. Tak bisa aku
hentikan kemahabodohanku ini. Begitu sesak didada.
“Ada yang ingin kau sampaikan
sebelum berpisah?”
Ada apa dengannya? Ada apa dengan
dandanan formal yang ia perlihatkan padaku. Tampan. Hawa bad boy masih tetap melekat. Aku juga cantik. Rapi dengan segala
hawa ke-bad girl-an yang kupunya.
Lalu apa yang kutakutkan dari perpisahan ini. Aku mulai sedikit ragu.
“Ada yang ingin kusampaikan
sebelum kita berpisah” aku memulai pembicaraan.
“Pengakuan dosa?”
“Sampai sini saja aku mencintaimu
selama 3 tahun tanpa kau tau. Berhenti dititik ini. Aku sudah jenuh dengan
pemendaman rasaku” kuhembuskan nafas panjang, “dengan cara ini aku ingin
merasakan seberapa dalam perasaanku hingga mati rasanya. Segalanya sangat
menyakitkan, sayang. Aku akan merindukan cinta pertamaku, Kris si laki-laki
dengan identitas penjahat wanita ”kuakhiri dengan senyum masam didepannya.
Ah air apa ini? Jatuh dipipi terasa asin dimulut. Tak ingin kuakui ini
adalah air mata yang tak pernah kukeluarkan untuk laki-laki manapun. Bibirku
masih tersenyum.
Jarakku dengan Kris hanya semeter.
Betapa close up wajahnya akan selalu
kuingat. Ekspresi tertegun serta kelincahan lidahnya saat meluncurkan kata-kata
gombalan khas. Dititik ini aku akan menghapus dan meninggalkan segala perasaan
yang disebut cinta menjadi kehancuran. Seperti masuk kejurang.
Kris tertegun, “Kau kalah dari
awal permainan tapi kau telah mengalahkan hatiku saat ini. Tanggung jawablah!”
lalu seakan katanya menamparku begitu saja.
“Kau sudah gila?! Semuanya
terlambat. Ini semua hanya permainan. Aku tidak akan pernah lagi mencintaimu
begitu juga kau yang tak pernah merasakan apapun! Just fake!” hertakku sengit.
Ada yang salah dengan rencana
awalku. Ini semua gara-gara tangisan yang tak berguna. Pelukan Kris menghujamku
yang kaku. Semakin sesak. Semakin tak tega meninggalkan tapi aku harus. Karena
kita tak mungkin bersama itu rencanaku. Aku akan tetap bersikap gengsi dan
angkuh dihadapannya meski aku suka meski aku menyayanginya.
“Jika itu yang kau inginkan akan
ku tunggu sampai kau bisa memaafkanku”
“Terserah” Kulepas pelukan yang
paling kuinginkan dalam hidup dan otomatis paling kurindukan. Melepas cinta
pertamaku, kembali ke alam dimana hanya ada rasa yang telah mati dan laki-laki
yang mudah dibohongi. Im a bad girl
again..
***
Sejak saat itu yang kutau Kris
tak pernah lagi mendekati wanita lain kecuali diriku. Menempel seperti lem “I heard you’re a player. So lets play a game”
celetuk Kris disela-sela kesibukanku membaca buku dibawah pohon. Kulempar
senyum yang paling mencela. Bolehkan aku mempermainkannya lagi?
by : Indah
Inspirasi datang dari serangkaian kata-kata yang muncul di instagram saya hehe :)