Jumat, 16 Agustus 2013

Cara Menik(mati)mu


Ini mungkin terlihat membingungkan. Ini mungkin terlihat sangat pecundang hanya saja aku tak ingin terlalu mengumbar. Cukup mati dengan candamu, cukup mati dengan suaramu yang selalu menggema di saraf-saraf otakku. Mengertilah, aku bukan gadis romantis yang berputar-putar dengan ungkapan sayang terhadapmu. Andai saja kamu tau seberapa mati gayanya aku saat berbincang denganmu atau hanya sekedar memulai pembicaraan. Jatuh cinta diam diam.

Aku bukan gadis yang pandai membolak-balikkan, kata-kata cinta yang spesifik “Aku mencintaimu, Percayalah!” bukan itu keahlianku tapi aku sembunyi dalam kiasan dan dunia bayangan yang tak perlu kau tau seberapa vulgar aku berimajinasi tentangmu. Modalku hanya tersenyum dan menahan nafas sejenak dengan begitu aku tidak perlu mati kutu didepanmu. Bergelut dengan lompatan-lompatan impian gila yang susah dikendalikan.

Bukan untuk sembarang hati aku melakukan itu. Tak perlu alasan. Hanya perasaan untuk dirasakan. Susah dimatikan. Belajarlah untuk peka bahwa aku memiliki caraku sendiri untuk menikmatimu. Sepele tidak ada yang lebih, cukup duduk bersama dengan memandangi langit yang sama. Aku meminta itu hanya itu, lantas biarkan aku menganalisis setiap adegan dan gerak gerikmu sedetail mungkin. Desahan nafas, aroma tubuh yang kuhirup, ujaran kata ‘hmm..’ kemudian ‘apa?’ bahkan ‘iya’ dan ‘tidak’. Bagaimana dengan sentuhan? Skinship?. Kekehan tawamu saja sudah bisa membunuhku apa jadinya jika tangan hangatmu itu sekedar menggandeng tanganku. Aku akan menggali lubang kuburku sendiri.

Keledai itu bodoh. Aku pernah menjadi keledai saat melihatmu dari jauh. Kamu sibuk menggauli segala aktivitasmu. Sesekali aku tersenyum heran, ada sepasang bola mata yang mengarahkan tatapannya padamu. Berkedip kadang-kadang untuk membuat mata ini cukup berair. Kemudian sering kali membuat suara-suara aneh hanya ingin menarik perhatian. Sadar? Merasa? Yang paling tolol adalah saat berdiri seperti mayat hidup disela-sela kursi, aku tak kunjung duduk di singgasana nyaman itu. Untuk apa? Mendengar dan memastikan bahwa itu langkah kakimu yang mendekat, ada gelombang suara khas dari pita suaramu yang tak menusiawi itu. Lalu kamu lewat, seketika aku pura pura buta. Durasinya terhitung 5 detik kemudian berlalu. Apa yang kurasakan? Error.

Aku harus meminta maaf diawal. Maafkan aku mungkin bagimu adalah hal yang membosankan tapi terkesan mendalam bagiku. Berlebihan? Kukira tidak. Hanya aku tak cukup berani mengumbar kemanjaan didepan umum. Pilihanku hanya diam dan merumitkan diri sendiri. Kembali pada bilik bilik kata bersayap.

Tak pernah jelas caranya aku menikmatimu yang jelas kamu sudah berhasil membuatku terbunuh oleh bahasa kehidupanmu. Selamat bertandang ke pemakamanku, kamu si pembunuh rindu.


By : Indah

Senin, 05 Agustus 2013

Kepingan Warna







Kepingan warna seperti hidup kita di dunia 
Kadang muncul warna warna abstrak tak dikenal yang membuat kita bingung untuk memutuskan, itu warna apa?
Photo hunter kembali dengan foto foto yang belum di publish di blog hehe


Bersarang di Semarang


On the road menuju Semarang


Menengok ada yang terbit di kiri jalan


Selamat Datang di Kota BSB (Bukit Semarang Baru)



 Kebun Bunga di Daerah Bandungan




Alam yang belum pernah terjamah 



Photo Hunter posting foto lama yang belum sempat terposting :)