Rabu, 29 April 2015

Sometimes this House feels like a prison.


Sometimes this House feels like a prison.


Kalimat itu yang akhir akhir ini ku rasakan. Like a prison. Terlalu banyak aturan yang harusku rasa. Tak banyak dukungan tak banyak hal yang kulakukan. Terlalu banyak ini itu yang tak kunjung menghentikan kesedihan.


Rumah biasa yang bukan istanaku. Ada isinya tapi bukan milikku. Aku butuh area di mana setidaknya itu "milikku" tempat pribadiku menghinggap di sana. Di mana aku sering menyebutnya, mengenangnya bahkan merindukan setiap inci sudut ruangan. Yang ini tidak...tidak ku rasa demikian.
Apa yang membuatku tak betah? Suasana, aturannya atau orangnya? Semua. Tak diberi kesempatan untuk bercerita tentang aku, diriku seutuhnya mengenai apapun. Pendapat atau harapan bahkan mimpi yang sering dipatahkan semangatnya.


Aku lebih rindu kamar kosku dibanding rumah asliku. Aku rindu ruang 3x3 meter yang itu "milikku" sendiri. Batas teritori yang ku puja dan ku abadikan kegiatan benda matinya. Ada lemari, kasur single yang tak begitu empuk, 2 meja kayu yang saling rebut untuk ditempati barang-barang unik yang ku simpan. Pernak pernik yang selalu ku mainkan jika aku bosan. Itu hanya kamar kos yang sepele tapi di dalamnya ada "aku". Aku seperti pulang kampung rasanya. Hanya diam-pun tak masalah di sana selama benda benda itu tetap menemaniku tetap menjadi ladang ekspresi maha karyaku. 


Rumah bukan berarti istanaku, rumah kadang seperti penjara yang penuh aturan. Walau bentuknya tersusun rapi tapi bukan "milikku" tapi milik orang tuaku. Tak boleh di rombak tak boleh ini itu dan tak boleh memberontak. 


Sometimes this House feels like a prison.