Minggu, 14 Juni 2015

Do it Yourself #DIY

Membuang waktu dengan membuat sesuatu yang lebih berguna. Bertambah lagi hobi baruku. Banyak orang menyebutnya #DIY atau Do it Yourself yang artinya bikin sendiri. Barang apapun bisa di daur ulang atau sekedar di tambah aksesoris sana sini.

Awalnya cuma bikin buat properti foto aja tapi lama kelamaan nagih yang lain lainnya. Bikin craft dari beberapa barang kosan sampai barang rumah yang kelihatannya terlalu polos untuk dilihat mata. Meskipun hasilnya tidak terlalu artistik secara bukan desainer tapi bolehlah buat nambah hobi baru.

1. Pink Charger 
Bagi yang bosen sama charger yang gitu gitu aja bisa tuh pake washitape lucu-lucu. Washitape, sejenis isolasi motif yang lagi trend dikalangan para pecinta #diy. Motifnya banyak banget mulai dari renda-renda yang aku pake sampe gambar-gambar lucu. Bisa beli di gramed-gramed terdekat atau di online shop dengan harga kira kira 10 sampai 20ribu per piece.


2. Headset Polkadot
     Pas nganggur bisa nih pake kutek buat main main. Cukup pake kutek yang dipunya + headset yang polos kemudian bisa dicat sesuai selera. Jadi deh kayak di gambar. So simple...


3. Jepit Tampak Baru
Masih sama kayak yang di atas. Cuma butuh kutek + jepit warna putih terus dioles olesin sesuka hati. Bagi yang susah dapet inspirasi, mudah kok tinggal download aplikasi Pinteres, searching- searching craft yang mau di buat kayak apa. 


4. Flower Ball
Aku cuma butuh wadah bentuk bola yang bisa didapetin dari wadah body creamnya oriflame + bunga-bungaan plastik yang kebetulan bekas dari flower crown yang nggak terpake lagi. Untuk alatnya bisa pake lem tembak. Mudah dan bisa di taruh di meja kecil.


5. Love Bottle
Untuk hiasan meja belajar nggak melulu harus bunga juga, bisa pake botol bekasnya UC1000 + kertas karton nganggur + sisa pengharum ruangan buat bulet-buletnya. Semuanya bekas kok nggak perlu beli baru :) 


6. Letter Love 
Siapa bilang surat cinta harus pake amplop. Kali ini aku bikin yang lebih lucu biar nggak bosen. Bikin sama temen biar nggak kesepian. Pake kertas bekas biar lebih hemat. Ada washitape renda untuk mempercantik gulungannya + wadah toples. Kalau meja udah nggak cukup bisa dikasi ke temen sebagai kartu ucapan yang nggak harus bentuk surat. Cewek kan suka barang yang lucu - lucu.


7. Jepit Mini
Aku nemu 2 jepit mini ini di kolong meja. Sayang kalo di buang akhirnya dimodif dikitlah. Pake lem tembak + pernak pernik bunga. Niatnya aku kasih keponakan tapi keponakan nggak tawar rambutnya dikasi beginian. Berfungsi juga buat pembatas buku, biar nggak kartu indosat mulu yang jadi pembatasnya hehe.


8. Pop Up Card
Pop Up Card jadi salah satu favoritku. Yang ini, aku bikin sama temenku buat pacarnya yang lagi ulang tahun. Berharap si cowok ngasi ginian ke cewek tapi ini kebalik. Okelah aku bagian bantuin bikin beginian. Hasilnya memuaskan. Biasanya ukuran normal sih sebesar kartu ucapan biasa tapi yang ini, Pop up cardnya sebesar 2 kali A3 dan dilipet mirip buku. Kalo dibuka muncullah balon balon + kata-kata happy birthday yang menggantung-gantung. Pop up card ini pada dasarnya kayak 3D gitu. Kalo dibuka kartunya nanti bisa muncul gambar atau tulisan yang ingin di pop. Bisa dijadikan ladang bisnis nih supaya kartu ucapan nggak melulu flat gitu gitu aja.  Ada yang mau pesan? Hehe.


9. Dompet Plastik
Kalau yang ini mungkin udah banyak yang tau. Terbuat dari botol-botol plastik yang dipotong terus di gabungin menggunakan resleting. Jadilah dompet buat uang receh. Tapi yang ini aku bikin sama juga dari botol fanta bekas gitu. Dekornya biar nggak polosan aku beri lilitan benang wol putih terus aku cat air. Biar makin cantik di tambah kancing-kancing di atasnya. Bisa dibuat celengan juga. Cuma menghabiskan uang Rp. 3800 aja buat beli resleting+kancing. Terkadang nggak semua craft yang dibikin bekas secara keseluruhan, kalo mau makin rame ya perlu uang lebih. Bisa dengan menyisakan uang, bikin beginian nggak sampe makan uang ratusan ribu kok. Mentok 50ribu, yang bikin agak mahal adalah alatnya, macam lem tembak.


10. Magnet Kulkas
Jangan sungkan-sungkan menghalangi teman yang akan membuang sesuatu, yang baginya nggak berguna. Jadi ceritanya, ada beberapa magnet-magnet kecil yang bagi temenku si Hanip nggak tau mau diapain. Dari pada dibuang mending buat aku aja. Sayang kalau dibuang bisa bikin magnet kulkas. Gimana caranya? Menggunakan tutup botol bekas kemudian aku kasih aksen warna-warna dari kutek + kertas bentuk bunga yang aku gunting buat tutup bagian bawah, sebelumnya aku kasih cat air warna merah biar lebih menarik minat. Lumayan Raisya, keponakanku suka dan kulkas jadi nggak tampak kosong. 



10 benda yang bisa dibuat sendiri di rumah. Do it yourself !. Sebenernya masih banyak sih yang bisa aku share, mungkin di postingan selanjutnya. Pesanku sih jangan sia siakan barang yang masih berguna. Kalau bukan kita yang memulai untuk kreatif siapa lagi? Cuma butuh telaten aja, kalau soal inspirasi bisa didapatkan di situs-situs web DIY salah satunya di Pinteres. Banyak dari Pinteres yang membuatku memperoleh inspirasi. Karya lain biasanya aku posting di ig : indahivo

Ingat kalo bukan kita yang memulai untuk kreatif siapa lagi?

By : Indah
Photo by : Henpina Asus Z6





Selasa, 02 Juni 2015

Ayah Rasa Mantan 2

Semakin ku pikir panjang akan apa yang terjadi semakin kencang dering handphoneku. Hallo?. Suaraku mendadak sedikit penasaran dan lebih dalam daripada biasanya. Semakin dalam aku mendengarkan, emosiku makin tak tertahan. Beliau mengucapkan beberapa kalimat yang membuatku tersulut. Intinya merasa marah dan kecewa denganku. Kenapa harus berhubungan dengan lelaki yang kurang beliau setujui? Masalahnya sepele hanya karena latar belakang keluarga yang dia pandang sebelah mata. Lelaki itu seorang wirausaha, sedangkan yang diharapkan beliau adalah dari kalangan pegawai alias karyawan tetap sebuah perusahaan. 
Panjang lebar dia berkata, sedikit kasar dan merendahkan iya! Responku akhirnya menantang juga. Melawan balik, memprotes yang tidak seharusnya aku lakukan akhirnya aku lakukan. Iya, melawan orang tua. Ayahku sendiri.

Mengapa? Karena menurutku sudah tidak jaman memandang orang dari satu sudut pandang. Hanya karena dia wirausaha dia juga berhak untuk sukses melalui jalannya. Terlebih lagi usaha tersebut menurutku menjanjikan daripada sekedar menjadi karyawan. Yang lebih mulia, lelakiku telah bisa membuka lapangan pekerjaan bagi orang lain yang membutuhkan pekerjaan daripada karyawan yang notabene ikut orang. Tidak adil jika ayah berkomentar panjang lebar tapi tidak tahu realita yang ada. Dunia ini lebih luas daripada yang dipikirkan, manusia harus lebih kreatif. Jangan mau termakan sistem dan stereotype.

Setelah sekitar 1 jam bertengkar hebat via telpon. Sambil menangis tersedu-sedu, aku menutup telpon itu. Tak perlu kuceritakan kalimat apa saja yang terlontar dan terbalas karena cukup menyakitkan untuk didengar. Menurutku biasa, pasalnya memang hubunganku dengan orang tua terkadang ada gap, beda pendapat yang teramat jauh. Mereka yang mendidikku teramat keras, menuntut sekolah seperti ini seperti itu, harus pintar, serius , sempurna bla bla bla sedangkan nyatanya aku jauh dari kata sempurna dan tidak pernah mendapat dukungan atas apa yang aku pilih. Sudah saatnya aku dengan pilihanku dan mereka harus menghargainya.  

1 jam setelah pertengkaran....
Akhir Mei...

Sohib sohib kosan datang untuk menenangkanku. Mereka justru seperti the real family yang mampu menenangkan disaat jiwaku melampaui batas. Berbagai nasehat kudengar, berbagai komentar kudengar. Meyakinkan bahwa aku bisa melewati ini. Memperpanjang jarak bukan akhir dari hubungan dengan lelakiku. Butuh rencana. Aku hanya meyakini ketika batu yang terus menerut ditetesi air akan berlubang begitu juga hati Beliau.

H-2 Kepindahanku...
Akhir Mei...

Kuperbanyak menenangkan diri, berdiskusi dengan lelakiku. Mendengar cerita dari teman teman yang memiliki masalah lebih besar. Umur 20 sekian merupakan masa transisi. Tak perlu lagi aku melihat teman teman yang tidak memikirkan soal pernikahan karena mereka ingin berkarir, tapi yang kulihat adalah kesempatanku ternyata tidak sama dengan mereka. Aku dihadapkan dengan sosok lelaki yang siap menikah dan itu yang harus aku hadapi, bukan lagi lelaki yang sepantaran denganku yang baru lulus dan masih hahahihi mencari pekerjaan bahkan sebagian dari mereka masih menganggur. Ketahuilah kondisiku berbeda, itulah yang membuatku merencanakan masa depan yang lebih pasti daripada yang lain.

H-1 kepindahanku...
Akhir Mei...

Kubangun rencana ku bongkar lagi, sedikit menangis banyak berpikir ulang dan ulang. Mulai terbiasa dengan ini. Memikirkan bagaimana cara menghadapi Beliau nantinya dan apa yang akan kulakukan di rumah. Rasa bingung merayapi tapi aku tetap yakin semua akan berjalan sesuai apa yang ada. Aku tidak sendiri, berdiskusi dengan Tuhan melegakanku. Waktunya Packing.

Siang hari, 31 Mei hari kepindahanku...

Mencoba untuk tidak bersedih dan tegar. Mengiklaskan semuanya dan legowo. Siang itu, jemputan langsung datang, 15 menit kuangkut barangku tanpa interaksi dengan Beliau. Sama sama tanpa interaksi. Ada yang berbeda, seperti Ayah rasa mantan. Iya. Ibarat kata bertemu mantan yang masih sayang. Tak ada kata, canggung, gengsi, tak ada yang berani memulai tapi masih saling ada. Ada untuk saling menyayangi. 

Kami sama sama gengsi untuk mengulik pertengkaran kemarin. Hingga sekarang 2 hari semenjak kepindahanku. Perang dingin. Rasanya seperti orang lain, cuek tak ingin bicara satu sama lain. Hampir 23 tahun kami erat dan dekat saling bercerita kini tak ada. Hilang, lenyap kenangan itu. 
Baru pertama kali aku dibuat begini oleh ayahku sendiri. Secara fisik, aku baik baik saja, benar benar sehat tapi secara hati terjungkir rasanya diperlakukan sedemikian rupa. Yang menguatkanku adalah pilihan, pilihan untuk tetap bertahan karena pada dasarnya kami sama sama keras. Dan tidak ada satu pun yang mau mengalah. Menset Ayah yang melihat dari satu sudut pandang sedangkan aku yang melihat dari beribu sudut pandang dan kami sama sama tak terkalahkan.

Entahlah, endingnya seperti apa. Kubiarkan diam aku juga akan diam hingga pada akhirnya rencana yang kususun sudah siap untuk dilepaskan. Benih yang aku tanam siap untuk dipanen. Maka disitulah kartuku akan kubuka semua bersama pilihanku di depan Ayahku yang serasa mantan. 

By : Indah

Ayah Rasa Mantan

Malam sebelum keberangkatan ke Malang..
Akhir Mei 2015..

Perasaan campur aduk. Karena ini terakhir kali aku ke Malang. Terakhir kali aku bertemu orang-orang yang aku sayang dan terakhir kali aku bisa memperluas jarak pandangku, bernafas di alam bebas sebelum pada akhirnya aku berkemas dan kembali ke penjara. Beliau sudah tau mengapa dan mestinya beliau sadar betapa rumah seperti penjara bagiku. Tak ada kemajuan di sana yang ada hanya aturan, teralis kamar yang mengekang, jarak pandang hanya 10meter saja. Bukan pula layak disebut dunia kecil yang nyaman tapi penjara yang pantas. Jadi tak berhaklah dia mempertahankan aku di rumah. Aku diam saja masih perang batin rasanya. 

Pagi sebelum berangkat...
Akhir Mei 2015...

Beliau datang dengan suara mengicau pikiranku. Bertanya statusku jika pergi dari rumah. Bekerja tidak, Mahasiswa apalagi! Jangan membuat beban!. Lantas kepentingan apa di sana?. Keluarlah kata kata kembali ke rumah, kamu harus kembali ke rumah. Berpindah, kerja ataupun tidak. Matanya yang tajam meneriakiku seketika.

Aku berpikir sejenak, di rumah aku malah jadi apa? Informasi apa di rumah soal pekerjaan? Tak ada teman sebaya, keluar rumahpun tak boleh. Aku baru lulus dan dituntut kerja secepatnya, apa tak melalui PROSES?. Hargailah sebuah PROSES! Laki laki ini benar benar keras kepalanya. Kolot hati dan jiwanya. Memandang dunia hanya satu sudut pandang sedangkan fungsi mata tidak hanya untuk melihat tapi juga cerminan untuk melihat dunia yang lebih luas.

Di sisi lain Beliau sudah mendengar bahwa aku memiliki calon yang ingin ku kenalkan tapi tidak untuk sekarang, aku masih menyusun rencana masa depan dulu sebelum benar-benar siap menikah setidaknya sampai tahun depan, pikirku waktu itu. Tapi yang ada beliau malah menyuruhku untuk menikah jika itu pilihanku dengan syarat harus mengurus Ibuku lalu Beliau akan bertolak ke Banyuwangi untuk menyendiri di sana.

Sinetron! Hidupku seperti sinetron! Aku masih diam tak bergeming. Air mata yang berbicara tapi tetapku diamkan saja segala gaya bicaranya mengalir melewati tekingaku. Bengkak rasanya.

Sore hari sejak pergi dari Rumah...
Akhir Mei

Perjalanan dari rumah ke Malang, lumayan menguras tenaga tapi lelah itu sirna ketika melihat kamar kosan yang sempurna. Duniaku kembali di kamar kos. Jauh dari Rumah, tanpa aturan tanpa kendali. Besi-besi yang merantai leher mencair. Jadilah diriku sendiri. Santai, tertawa terbahak-bahak. Hingga tawa itu mati seketika, ketika handphone ini bergetar, kuterima sms dari Beliau yang berisi tanggal kepindahanku sudah ditetapkan. Hari minggu akhir Mei. Aku tercekat. Kenapa maju, kesepakatan awal  kepindahan awal bulan Juni. Tak lama handphone berdering cukup kencang. Jantung makin deg degan. Akan ada kejadian, bau bangkai tercium juga.

To be continued.....

By : Indah