Sabtu, 03 Oktober 2015

Last Kiss - Lucky


Poster by Laykim @ Indo Fanfictions Arts

Chapter sebelumnya >> Last Kiss 1 >> Last Kiss 2
 

Summary :
“Maaf. Aku berhak menutup rasa cinta dengan alasan takut terluka lagi. Takut membuat pintu hatiku rusak kembali”
****
“Hahahahaaaa….. sejak kapan kau masuk dan menjadi seorang angkatan. Pantas kau hitam sekarang. Ingat, waktu jaman kita sekolah? Kau tak pernah se-laki-laki ini” Tawaku lepas. Kai hanya memberikan senyum malunya saat itu.

Tuhan, aku mohon hentikan pertemuan-pertemuan lain yang hanya membuatku terluka.

****

Hari ini aku bangun terlampau siang. Benar-benar siang. Jam 11 siang. Untung hari libur, senyumku senang. Aku beranjak dari tempat tidur merapikan hal-hal yang perlu dirapikan. Kepalaku sedikit pening kebanyakan tidur. Sebotol air sisa jalan-jalanku bersama Kai terpampang di meja sebelah kasurku kemudian kuteguk. Kai? Terurai semua ingatan betapa kemarin aku melakukan perjalanan meriah bersamanya.

Kuletakkan botol minum itu, mataku tertuju pada kartu undangan yang sudah terlipat-lipat.

Loh..ini undangan milik Sehun, kenapa masih disini? Seingatku 3 bulan yang lalu sudah ku kemas dalam tong sampah. Sekarang kembali lagi. Ah..sudahlah.

Kuhembuskan nafasku lega, kupandangi undangan itu lekat-lekat memastikan kembali bahwa hatiku baik-baik saja. Hatiku sudah mulai menata kepingan lara. Setelah Sehun menikah dengan Na Eun segalanya menjadi sepi. Aku menyadari bahwa jalan hidupku seperti ini. Ada saat aku harus berhenti, berhenti untuk memaki pada Tuhan. Berhenti meminta diturunkannya pangeran untuk mengobati hatiku yang gersang. Benar. Aku harus bangkit tapi tidak untuk memulai lagi, tidak untuk mengingat Kris, Sehun ataupun yang lainnya.

Tuhan sedang seadil-adilnya, aku terlalu banyak memaksa perasaan.

Kutenangkan diriku sejenak, merelakan semua yang tak pernah mudah tapi harus kulakukan. Telponku berdering.

“Hallo? Kai?”

Suara Kai tampak kecil.

“Hallo? Putus-putus….via Line saja”

Tuttt….

Aku hening. Ada apa dengan Kai?

Line....

Pop up Line muncul begitu saja. Kuperhatikan dengan seksama, tertulis dalam layarku sebuah nama Anti Baekhyun. Ah…Kakak. Aku mendesah malas. Dia mengirimiku emot kiss kiss tidak jelas.

Aku sudah di depan rumahmu lohh~~ :* :*

Kenapa harus ku sebut anti Baekhyun karena aku benar-benar anti dengan kakak laki-lakiku yang satu ini. Dia overreacting.

Aku berjalan keluar kamar dengan malas-malasan. Ku lempar handphoneku ke kasur berseprei pink. Handphone itu mental, mungkin terlau keras kulempar. Dia terbang tinggi-tinggi hampir sedadaku lalu kutangkap sekenanya. Line muncul lagi. Kini dari Kai.

Kapan kita bisa bertemu lagi?


Sebelum kubalas Line milik Kai, pintu depan sudah menggedor-nggedor. Ohh men..sudah terlanjur ter- Read

“Iyaa kak! Aku datang…” Teriakku sambil melempar hapeku kembali.

Kakak teroverku kembali dari hutan. Dia memelukku erat, antara menyeruduk atau memeluk aku tak tahu, yang kurasakan adalah perasaan mahalega. Kakak kembali dan aku tetap sentimen terhadapnya.

“Rinduuuuuu”. Wajah kakak tenggelam dalam dekapan. Karena dalam dekapan semua beban terasa lenyap. “Hei, kau tadi memanggilku kak? Senangnya….” Dia semakin memelukku erat.

“Jangan gila, Baek. Itu hanya dalam mimpimu saja” Balasku singkat sok sinis.

“Ahh..kau ini, bagaimana? Apa ada yang berubah dalam hidupmu?”

“Tentu saja! Tunggu, yang mestinya bertanya adalah aku. Kau tau betapa ibu khawatir tentang dirimu. Kau memberi kabar seminggu sekali dan itu tidak pasti. Aku tau kau seorang dokter yang entah dinas dihutan antah berantah mana aku tak tau. Setidaknya beri kami penjelasan dimana kau berada. Bukan sekedar transfer uang, bukan sekedar Skype!”.

Aku sedikit tersengal. Iya, si Baekhyun ini berprofesi sebagai dokter. Salah satu dokter di Rumah Sakit terkenal di Korea. Dulu kami sekeluarga tak pernah takut kehilangan Baekhyun tapi sejak dia ditempatkan di daerah terpencil kami mulai jauh. Aku sayang padanya sekaligus merasa jauh dan beginilah kami sekarang. Menjalin komunikasi melalui layar Skype. Aku sinis karena dia benar-benar menyebalkan.

Kini, wajahnya tampak sayu, bajunya bau pohon pinus. Menggotong tas ransel yang tak tau isinya apa. Dia benar-benar seperti Tarzan tapi masih Baekhyun itu. Baekhyun yang masih hangat meskipun aku menggerutu, Baekhyun yang masih manis-manis meskipun aku tak pernah menyebutnya kakak. Tak pernah kupanggil kakak, entahlah karena itu seperti ada gap antara kami berdua ketika kami saling memanggil kakak adik.

Aku tak tega cerewet lagi dihadapannya tapi tetap saja bibirku tak pernah bersabar menghadapi dia. “Kau sudah menghubungi Ibu kalau datang ke sini?”

“Sudah”

“Apa katanya?”

“Tidak ada yang perlu dicemaskan”

Dia bergitu santai dalam menjawab. Seolah-olah tak pernah terjadi apa-apa. Kau kakak yang paling kusayang sekaligus yang paling membuatku meradang. Aku dibuat bertanya-tanya kenapa aku harus dipertemukan dengan berbagai macam pria yang membuatku gelap gulita. Tidak juga Kris, Sehun dan sekarang Baekhyun. Hhhh….keluhku panjang.

“Hei aku lapar” ucapnya spontan.

“Tinggallah di sini semalam, besok segera hengkang dan berpulang sana ke rumah Ibu dan Ayah!”

“Hahahaha….aku sudah video call….” Lagi lagi video call, aku menggerutu “Aku bilang aku tinggal di rumah K-I-M S-A-N-N-Y sampai aku dipindah tugaskan di dekat rumah seperti dulu”

Dia benar-benar mengejekku.

“Oh…nice!!! Untuk yang dipindah tugaskan dan Shit!! Untuk yang tinggal di rumahku” Ekspresiku campur aduk seketika.

****

Aktivitas di mulai lagi. Ada yang aneh dengan Baekhyun sebelum aku berangkat ke kantor. Dia menatapku, tersenyum-senyum polos sambil mengenakan piyama garis-garis. Rambut acak gaul itu membuatku muak melihatnya. Ah,,mungkin perasaanku saja. Kemudian kuhembuskan perasaan setengah lega mengingat bahwa kakakku kembali tanpa masalah. Semalaman aku dan Baek mulai membicarakan hal-hal yang semestinya dibicarakan sebagai kakak adik, mulai dari pekerjaanku sekarang, rencana Baek kedepannya seperti apa, hingga kisah percintaan kami. Baek sudah punya kekasih dan nyatanya dia tak pernah cerita sedikitpun. Tapi itu semua setimpal, karena aku juga tak berbagi apapun sampai malam kemarin. Baekhyun hanya tertawa mendengar kisah tragisku ditinggal Kris kemudian Sehun. Baek dengan lagaknya sok tampan itu berkata bahwa aku seharusnya sudah dititik lelah.

‘…maka rapikan saja hatimu, tidak usah menunggu yang baru’

Ku telaah kembali perkataan Baek malam itu, mungkin Baek ada benarnya. Sesekali bolehlah aku menuruti perintahnya.

Ada suara berdering di hapeku. Hape? Ah…belum kubalas pesan Kai sejak kemarin. Aku lupa. Dengan segera kutekan hapeku pelan-pelan, membuka kuncinya dengan sekali usapan. Memilih aplikasi Line lalu mencari-cari nama Kai di tumpukan spam spam yang….tidak…je-las.
Mataku melotot melihat pesan Kai sudah terbalas rapi dan manja-manja. Dibajak.

“B-A-E-K-H-Y-U-N!!!!!!!” teriakanku mungkin sudah menguar seantero kantor.

****

“Apa ini maksudnya, Baek!!???” Kujambak rambutnya jengkel, dia nyengir kesakitan.

“Aa…aaa…kau ini pulang-pulang…seharusnya mengucapkan ‘aku pulaangg’ bukan berderap menghampiriku lalu…aaa…aa ” Semakin dia cerewet semakin keras genggamanku. “ampuuun….”

Kini aku terduduk kesal. Masih mengenakan setelan kerja, ku sodorkan handphoneku padanya, memaksa tatapan Baekhyun tertuju pada layar. Dia seakan-akan menuruti perintahku dan mulai manggut-manggut membaca setiap chatnya dengan Kai menggunakan akunku.

Kai : Kapan kita bisa bertemu lagi?

Kim Sanny : Maaf, Kai aku baru membalas chatmu malam-malam. Aku dikejutkan dengan kedatangan kakak tercinta siang tadi…^^

Kai : Oh, tak apa. Baekhyun maksudmu? Sudah lama aku tak pernah melihat dia, terakhir kali aku bertemu dia, waktu kita perpisahan SMA bukan?

Kim Sanny : Ahh..kau masih ingat yaaa…aku jadi terharu loh.

Kai : Sepertinya ada yang aneh denganmu.

Kim Sanny : Ah tentu saja tidak. Itu hanya perasaanmu saja khekhe…

Kai : Jadi bagaimana soal tawaranku?

Kim Sanny : Tawaran apa?

Kai : Aku ingin kita bisa bertemu lagi setelah aku bebas tugas Negara. Mungkin aku juga bisa bertemu Baekhyun lagi.

Kim Sanny : Hei bocah, jika kau ingin bertemu dengan Sanny,  kau harus memanggilku kakak…*smirk


“Kau masih tidak mau mengaku bahwa ini semua adalah ulahmu, Baek?” Kujewer telinganya sekarang “Berhentilah untuk kekanak-kanakan..” Sudah tak berdaya lagi aku memakinya kecuali mataku ini sudah sibuk berputar lelah.

Kai mengaduh lagi, ada raut wajah merah dipipinya. Samar, antara malu dan jahil, “Aku hanya tidak sanggup membiarkan handphone itu mengagur itu saja” Baek masih berkilah “Jadi sekarang kau dan Kai….”

“Kami hanya teman biasa!” Kutegaskan dengan sekali hentakan.

“Kai..Kai yang pernah jatuh cinta padamu itu, dan kau sempat menolaknya kan?” Baek berusaha mengingat masa lalu “…tadi menyebut-nyebut tugas Negara? Dia ikut militer?”

Aku dengan menyerah mulai menceritakan sedikit kisahku soal Kai. Benar adanya, bahwa Kai sempat mengutarakan perasannya padaku tapi itu dulu waktu aku masih duduk dibangku sekolah menengah. Aku lupa-lupa ingat, terlontar begitu saja dari mulutnya. Waktu itu pesta prom sekaligus perpisahan. Aku tak membawa siapapun waktu prom jadi aku membawa Baekhyun. Itu hal paling bodoh yang pernah kulakukan. Baek justru sibuk bercanda dengan gadis-gadis lain. Di saat itu pula, insiden antara aku dan Kai terjadi. Ada alasan kenapa aku tak bisa menerimanya saat itu, aku masih ingin focus kuliah. Ya, pikiran anak SMA. Dengan kesabaran,
Kai hanya tersenyum seolah memahamiku dan sekarang dengan senyumnya juga dia hadir mendatangiku.

Masih ku ingat bagaimana tampilannya waktu itu, dia datang sendirian juga waktu Prom. Memakai kaus sweter abu-abu ketika yang lain memakai jas. Potongan rambut yang cupu. Wajahnya masih tegas seperti preman sekolah tapi aku tau dia masih bisa lembut padaku. Padahal aku sudah dingin-dinginnya. Kami tak pernah bicara apapun waktu disekolah, kecuali saat aku minta uang iuran sekolah. Aku bendahara kelas. Dia tidak pernah menjadi pria yang ribet untuk urusan hidupnya waktu itu. Dia bukan pria terpintar tapi juga bukan pria paling bawah. Cukup diam tapi lebih-lebih dalam memperhatikan.

“Kenapa ceritamu jadi sendu?” Ujar Baek.

Aku hanya terdiam, memandang Baek penuh kejujuran. Bibirku menyunggingkan senyuman yang tak pernah setulus ini.

“Tidak, Baek” Aku kembali tersadar.

“Tidak apa?” Baekhyun mengulikku lebih dalam.

“Aku tidak akan jatuh dilubang yang sama” Kalimat yang jelas terlontar menandakan aku kembali tegas pada diriku.

Setelah kejadian bajak membajak, aku meminta maaf pada Kai atas ulah
Baekhyun melalui chat kemudian kami juga sepakat untuk bertemu lagi. Ada setitik bahagia dalam diriku.

****

Seperti yang telah kusampaikan, aku dan Kai kembali bertemu setelah bebas tugas. Dia menjemputku di rumah. Dengan pakaian rapi dia masih terlihat seperti anak baik-baik. Berbeda dengan 2 pria masa laluku. Sehun dengan paras selengekan dan Kris dengan model metropolitan. Ups..kenapa aku harus sibuk membandingkan mereka dengan Kai. Kemungkinan Kai bisa lebih baik dari pada mereka. Ah..kenapa aku jadi membela dia sekarang.

Kini Kai harus berhadapan dengan Baek. Mereka terlihat beramah-tamah di meja dapur. Aku mengambilkan minum untuk mereka berdua. Baek tampak suka sekali bicara. Seperti meneliti sesuatu dari Kai.

“Jadi kau sekarang seorang tentara militer? Ah..pasti menyenangkan bisa traveling kemana-mana. Aku jadi iri” Goda Baek.

“Tidak, biasa saja. Aku tidak sampai pergi ke luar Korea. Hanya berputar disini saja, sesekali mengawal pejabat penting” Kai menjawab dengan sopannya. Sosok pria dewasa.

“Ya…aku mengerti. Kau pasti cukup terkenal dikalangan gadis-gadis ya? Mengaku sajalah…hehe” Baekhyun masih tetap menggoda.

Si troublemaker ini membuatku malu, “Baek, jaga bicaramu ya”. Lirikku pada Baek, sembari sibuk memilih kumpulan flat shoes dari dalam lemari.

Kai mengulum senyum kemudian menjawabnya ramah, “Tidak banyak gadis yang ku kenal. Sekelilingku Pria”

Yup benar! Masuk akal Kai menjawab. Baek mencoba mengganti pertayaan dengan pertanyaan yang lebih bodoh.

“Kau sudah pernah naik tank? Menembak orang? Kau punya senapan? Kau bisa membawaku naik helicopter seperti film Fifty Side of Grey tidak? Berapa isi peluru dalam sebuah pistol kecil?”

Aku hanya tidak habis pikir dengan Baekhyun. Aku hanya menggelengkan kepala, pipiku tergambar jelas bahwa aku malu dibuatnya. Tanganku menarik lengan Kai yang sedang meneguk segelas teh yang baru saja kubuat “Ayo cepat kita segera pergi” tarikku tergesah-gesah. Kai meletakkan cangkirnya lalu mengikutiku dari belakang. Baekhyun tertegun, masih menelan bulat-bulat pertanyaannya yang terlalu konyol.

“Mungkin kita akan berbincang lagi suatu saat, Baek” Kai terkekeh pelan.

“Heiii, panggil aku kakak!” teriak Baek dari arah dapur.

“Lain kali saja ya” Kai menyahut begitu hangat.

Entahlah kenapa Kai begitu ramah. Aku dicerca rasa curiga, sekaligus rasa takut terlalu larut dalam perasaan suka. Mmm..tapi kalau boleh kukatakan, dia satu-satunya pria yang bertemu dengan anggota keluargaku. Ya walupun itu Baekhyun, tapi dia tetap anggota keluargaku.  Aku kembali tersenyum tipis. Meliriknya sekilas dan memandang parasnya yang keras. Kai mengendarai mobil dengan cukup handal seperti biasanya. Menyalakan radio diperjalanan selalu menjadi hobinya. Ada lagu Lucky milik EXO di antara kita.
…….
We’re so lucky, it’s such a relief
Nothing is for certain in this world
On a day that I wore nice clothes
I met you, I was lucky
It’s because I did good in the past

“Aku suka lagu ini, Kau suka EXO?” Cobaku memulai percakapan.

“Tidak, aku menyukai lagunya tapi tidak dengan penyanyinya” Jawabnya tegas tapi dengan ritme yang lembut.

“Karena EXO kumpulan laki-laki? Atau para gadis banyak menyukai mereka?”
“Tidak juga, hanya saja aku terlalu geli melihatnya”

Aku menyerngit, dia benar-benar aneh “ah kau tak memahami ku sebagai wanita Kai”

“Benar kah?”

“Tentu saja” singkatku.

Disudut mata Kai ada sedikit rasa tergelitik, memandangku seolah-olah berkata ‘Lihat saja nanti’. Dia merasa tertantang kah?
I can call your name and I can hold your hand
Is the falling sunlight only shining on me? Can I be this happy?

So lucky, my love
So lucky to have you
So lucky to be your love, i am. Hmm…..

Sekarang aku dan Kai meluncur ke….

“Kemana kita akan pergi?” Tanya ku penasaran.

“Hehe, sejak kita pergi dan sampai ditengah perjalanan, kau baru menanyakan kemana kita pergi?  Kai balik bertanya.

“Apa itu aneh?” Aku merasa timingku tidak tepat. Bukan tidak tepat, hanya saja aku seakan percaya padanya bahwa aku benar-benar oh entahlah…maksudku…ya sudahlah mengalir saja. Intinya aku tidak bisa bicara apapun. Kim Sanny otakmu sedang kacau. Setiap perkataan kecil Kai terlalu kau resapi. Iya, aku penasaran dengan tutur bicaranya yang meragukan tapi juga santai, ramah dan menyenangkan. Hyaaa! Aku hanya membenci aura pria ini!

Kau suka film action?”

“Lumayan”

“Kita akan mencoba main film action” Aku masih bingung.

“Maksudnya?”

“Kita akan main Paintball War!”

Tawa Kai begitu lebar memperlihatkan gigi-giginya yang putih. Seketika mobil yang kutampangi belari begitu kencang.

Because you’re my first, because this song is about you
I’m smiling like this, so only you can see, are you looking at me right now?
I have a new dream, it’s to be one a better man
Because your eyes that look at me make me run once again more than anything else
So lucky, my love
So lucky to have you
So lucky to be your love, I am. hmm
****
Mobil yang kutumpangi dengan Kai berhenti diperempatan lampu merah. Mataku tertuju pada satu titik, tapi tak bisa kuhindari aku benar-benar melihatnya dalam sekejab pandanganku. Sekelebat kulihat ada sosok bayangan, sosok bayangan yang begitu ku kenal. Seperti mengintaiku dalam sebuah kaca mobil di sebelahku. Aku hanya berharap bahwa aku salah lihat, itu bukan Kris.

TBC^^