Senin, 16 Februari 2015

Live free or you die! (The Walking Dead)

Mungkin sudah terlambat untuk menulis film yang satu ini, "The Walking Dead". Saya tidak akan bercerita tentang kapan film ini dibuat, siapa artis atau sutradara yang terlibat di dalamnya atau
kapan si Walker ini dapat berhenti. Tapi saya ingin menulis tentang "Bagaimana jika kita diposisi mereka?" Pilihan apa yang kamu ambil, dibunuh atau membunuh. Bahkan hal itu berlaku untuk orang yang sangat dicintai, ayah, ibu, saudara, pacar bahkan sahabat.

Banyak adegan yang menggambarkan bagaimana mereka diserang "Walker" (red : zombie), bermodalkan senjata api berbagai rupa dan peralatan tajam lainnya. Betul, Walker di sini tidaklah seagresif yang dibayangkan. Dia hanya berjalan lambat, menyeret-nyeret kakinya yang patah, badan berlumuran darah, tulang pipinya terkoyak,  mengeluarkan suara mendesis dan mengeram. Solusinya adalah kamu hanya perlu mendekati dan menusuk kepalanya tapi "just imagine" walker itu adalah ibumu..orang yang teramat kamu sayangi, walker itu adalah salah satu bagian dari keluargamu. Seberapa tega untuk mengambil keputusan  kamu harus menusuk kepalanya dengan besi tajam atau menembak kepalanya hingga hancur? sedangkan di sisi lain kamu harus bertahan  dalam sebuah kelompok kecil, mungkin sekitar 10 sampai 15 orang dan kamu harus bersama untuk mempertahankan kehidupan. Satu terinfeksi dan kamu tidak segera bertindak hanya karena itu ibumu?? semuanya akan mati. Begitu emosional.



Kelompok yang dibahas merupakan kelompok dari orang yang terinfeksi tapi dia masih hidup, orang yang belum berubah menjadi Walker. Memiliki kesempatan untuk sembuh. Mereka terdiri dari orang-orang yang berbeda latar belakang, sifat, RAS, tingkat tempramen yang berbeda-beda, termasuk wanita dan anak-anak. Menyatukan berbagai perbedaan tidak lah mudah hingga pada akhirnya beberapa orang yang tidak mau beradaptasilah yang gugur. Selain adegan penyerangan, yang paling menyentuh adalah cerita mereka bertahan, benar-benar rasional bagaimana cara komunikasi mereka, bagaimana perubahan sikap orang yang sabar, lugu dan bijaksana menjadi amburadul ketika berhadapan dengan situasi yang sulit dan penuh dengan tekanan. Konflik batin, orang-orang menjadi sensi dan saling tuduh, mennyalahkan, tertekan, stress digambarkan sedalam mungkin dalam film ini. 
Mereka sudah tidak bisa berfikir secara rasional lagi. Banyak kemungkinan, penjahat makin jahat, penjahat menjadi baik, orang baik menjadi lebih kejam dari penjahat "asline wong iku apikan tapi karena dek e tertekan ae maleh dadi ngunu", yang baik semakin baik. Ada!.Tidak ada pecitraan! yang hanya dipikiran mereka adalah "Bagaimana aku bisa terus bertahan hidup dengan orang-orang ini".

Bayangkan kalau kamu jadi salah satu dari kelompok itu, apa yang harus kamu lakukan? Di sini tidak ada pemimpin atau anggota semua berhak mengeluarkan pendapat yang terbaik dari yang paling baik. Pendapat yang paling mendekati kehidupan akan diikuti, karena sekali salah langkah hancurlah semua.  Kok bisa? Misalnya :
Ada adegan di mana mereka menemukan sebuah penjara yang dipenuhi Walker dan hari sudah mulai gelap. Logikanya adalah "koen gelem gak gelem kudu manggon kunu kan?" yang manja-manja menggerumun "koen golek mati, penjara penuh dengan bla..bla..bla..tidak aman, lebih aman di alam terbuka...dll".  Belum lagi pendapat yang lain mengatakan "Wes aku pasrah ae...pasrah kepada tuhan, berdoalah semoga....". Nothing to do. Bahkan ada yang emosi "Janc*k, f*uck*ng Sh*t...i dont wanna do this". Dia Menembak ke langit seolah-olah dengan tembakan itu menyelesaikan masalah justru yang ada para Walker semakin berdatangan karena tertarik dengan suara tembakan. Satu kesalahan kecil mengakibatkan satu kelompok  diserang. Tapi dalam film ini tentu ada lakon utama yang alhamdulillah masih memiliki emosi yang waras dari pada yang lain.

Selalu mengambil dari sisi positifnya, Misalnya "mungkin kita menemukan penjara yang penuh tahanan zombie, kita bisa mengambil resiko dengan membunuh beberapa dan merebut separuh lahan. Soal keamanan, kita bisa menggunakan pagar besi penjara untuk sementara dan secara bergantian melakukan pengawasan bahkan penjara itu akan banyak senjata yang bisa kita gunakan. Soal makanan, jika di alam terbuka resiko lebih besar namun di dalam penjara pasti para sipir memiliki gudang makanan untuk dikonsumsi dalam waktu lama begitu juga soal kebutuhan medis. Menemukan penjara seperti menemukan emas".
Jelas, berkomentar seperti ini terlihat mudah,  simpel tapi kenyataannya..ini pendapat pribadi jika saya berada dalam kondisi itu, saya butuh seseorang yang bisa mendinginkan kepala saya terlebih dahulu baru bisa berpikir dengan akal sehat.

Film ini benar-benar mengajarkan tentang arti dari pilihan di tengah-tengah tekanan dan zona nyaman. No internet, No cell phone, Homeless, Chaos, No rules, Walker in every place and every time. Live free or you die!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar