Minggu, 01 September 2013

Klasik

Aku gadis mungil bernama Alice, 13 tahun, aku seorang penulis kecil dengan celotehan tentang rasa. Mengamati setiap gerak gerik yang dilakukan orang dewasa. Kutintakan setiap emosi yang pernah dialami orang orang disekitarku. Kumpulan emosi ini akan kujadikan referensi untukku, di masa yang memang aku sudah berhak untuk merasakannya.

Contohnya marah, dalam noteku pernah tercatat :

Ada tanduk diatas kepalanya…
Atmosfirnya menyala dan suhu tiba-tiba naik beberapa derajat. Aku merasakannya.
Dad, menyalurkan kekuatannya yang terdasyat lalu membuang guci ke arah luar.
Aku rasa, ada hantaman keras dilubuknya tak terrekam oleh mataku. Menohok dan sakit.
Bukan Mommy yang memukul tapi memang tak terlihat didalam dadanya yang bidang.
Itu amarahnya yang menyelimuti Dad saat itu…

Aku pernah mengalami emosi itu saat Vinicia menyembunyikan kotak musik kesayanganku lalu mengklaim sebagai miliknya. Itu menyedot seluruh aliran darahku lalu naik kekepala bagian atas. Panas sekali, ingin kugigit lehernya.

Kemudian sedih :

Suhunya terlampau dingin dan sesak.
Teman sekelasku disekolah mendadak menjadi pekat auranya.
Matanya berair kemudian mencair
Penyesalan. Tubuhnya seperti diayun-ayun naik turun. Dia seperti ingin muntah, atau lebih.
Miss Eli tengah menghukumnya didepan kelas karena tertangkap mencontek tugasku.

Namun rasanya berbeda jauh dengan level kesedihan yang kurasakan. Lebih gelap dan terlampau kandas. Datang kepengadilan hanya untuk melihat beberapa belah pihak adu mulut. Sidang perceraian. Apa dewasa harus seperti ini? Aku jadi kebal, lama lama akan kebas dan tak merasakan apapun.
Beratnya setengah mati melebihi Jonathan yang dihukum didepan kelas, lebih dari Cecil yang merengek meminta chocoball ke Mommynya bahkan Eric yang patah kaki karena jatuh dari tangga lantai 2 sekolah tapi aku tidak pernah menangis dengan keputusan kedua orang yang mengaku telah dewasa itu, hanya mencerna lalu menulisnya satu persatu dengan istilah istilah kusendiri. Kembaranku, Vinicia tak henti hentinya terisak.

Lalu datang emosi baru yang boleh kusebut sebagai Conjuring ini, saat umurku beranjak 15 tahun :

If you’re not the one then why does my soul feel glad today?
If you’re not the one then why does my hand fit yours this way?
If you are not mine then why does your heart return my call
If you are not mine would I have the strength to stand at all

I’ll never know what the future brings
But I know you’re here with me now
We’ll make it through
And I hope you are the one I share my life with….

I don’t want to run away but I can’t take it, I don’t understand
If I’m not made for you then why does my heart tell me that I am?
Is there any way that I can stay in your arms?

And I hope you are the one I share my life with…
And I wish that you could be the one I die with…
And I pray in you’re the one I build my home with…
I hope I love you all my life

‘Cause I miss you, body and soul so strong that it takes my breath away
And I breathe you into my heart and pray for the strength to stand today
‘Cause I love you, whether it’s wrong or right
And though I can’t be with you tonight


Biarkan aku tertawa lepas setelah menulis ini dibalik struk belanjaanku dengan Vinicia.
Lagu ini mewakili emosi ‘ajaib’ yang kurasakan pada loper koran yang tiap harinya dengan baik hati melempar koran kearah Juden. AJAIB-nya Juden tak mampu menyalak, makin kalut saat tangan pemuda mulai memanjakan telinganya yang tajam dan moncongnya yang ganas. Herderku kalah telak dengan permainan pemuda itu.

Kenapa rasa Conjuringku tertambat pada loper koran? Iya, hanya cinta monyet untuk umur 15 tahun mungkin. Menyenangkan menikmati usiamu. Bahkan aku tak pernah sadar saat aku mulai menorehkannya pada kata-kata dan berakhir seperti ini. Aku tak pernah memimpikannya.

Saat aku berada dimasa depan nantinya. Diumur 17, 20, 25 akan ada cerita yang lebih mendalam. Celotehan pada note yang lebih vulgar mungkin tapi bukan kekanak-kanakan. Atau cinta monyetku bukan lagi kepada pemuda loper koran itu. Seru!
Semua ini menjadi bukti akan ukuran kedewasaan bahkan kumpulan perasaan yang kuraba menggunakan pena. Kuakui hal yang berbau cinta adalah emosi yang paling kuat diantara yang lain yang mampu membuatmu limbung. Alasan KLASIK.

by : Indah

Tidak ada komentar:

Posting Komentar