“Aishh..masih lama kah mereka, perutku sudah lapar” Keluhan
datang dari bibir Sora yang sedari tadi berdiam diri. Sebentar-sebentar mengaca
didampingi Paran sembari menunggu apa yang tidak pasti.
“Kelas musik dan desain sedang banyak jadwal hari ini, mereka
sedang persiapan festival penyambutan guru baru disekolah kita. Ji Eun sibuk
mendesain kostum untuk anak kelas musik termasuk Hyurin dari kelas vokal. Ninri
akan tampil pertama dalam bandnya. Sekolah kita mendatangkan native
dari Amerika langsung, keren bukan? Jadi walaupun dalam keadaan istirahat
seperti ini mereka enggan untuk menanggalkan kesibukannya” Penjelasan Nara
makin membuat Sora menggerutu.
“Bukannya kelas tari juga ikut tampil, Sora-ya?”
Pertanyaan Paran muncul dari sela-sela penggerutuan sahabatnya. Nara
yang asik dengan kamera dilehernya menjentikkan jarinya tepat dihadapan Sora.
Membuat gadis berambut coklat itu berkedip kaget.
“Dancer tidak akan menari disaat jam makan, kita
butuh energi” Sora membela hak-hak kelas tarinya, “Sudah, kita pergi kekantin,
kita tunggu disana” tambahnya untuk mengakhiri percakapan.
Meski mereka tampak bersama dan selalu kompak, nyatanya
persoalan ability yang sering mengganggu kebersamaan mereka.
Terbagi menjadi kelas yang berbeda dengan karakter yang berbeda. Jika itu
membuat jarak mereka mulai terasa jauh mereka akan selalu mengingat bahwa suatu
saat Venus akan menjadi planet paling bersinar diantara planet-planet yang lain
meski mereka berbeda, meski tak ditempat yang sama karena Venus saling
bergantung karena Venus saling terhubung J
Tiga gadis kelaparan keluar dari zona nyaman. Toilet. Kantin
terasa jauh dengan kondisi perut yang kurang bersahabat, hawanya pun terasa
makin menguap, tenggorokan makin terasa kering. Ada apa dengan udara Seoul hari
ini batin Paran menuntut keadaan, masih menggoyang-goyangkan kipasnya.
Menyusuri kelas-kelas yang tampak sepi, terlihat para murid laki-laki sedang
asik bermain basket dilapangan membuat Sora gelagapan tergopoh-gopoh menata
setiap inci rambut bergelombangnya.
Beberapa laki-laki terkesima lantas bersiul saat ketiga gadis
itu lewat. Posisi menentukan kencangnya siulan. Siapa yang depan dia yang
menjadi pusatnya. Selalu Sora. Nara yang bukan tipe mementaskan diri didepan
umat manusia hanya bisa berdecak dan memotret segala pose Sora, sesekali
mengambil gambar Paran yang kegerahan. Paran terlalu banyak bergerak
menyebabkan gambar Nara sering nge-blur, terkadang hanya terlihat potongan
rambut Paran yang pendek menutupi seluruh layar. Ketika Sora dan antek-anteknya
menghilang dari pandangan seketika itu siulan dan lambaian tangan berhenti.
“Nanti pas dikantin aku mau cerita soal…”
“Stop!”
Belum sempat Paran melontarkan katanya, hentakan si Sora
mengunci mulut gadis pemalu itu.
“Kenapa aku harus bertemu para SHITwa-- ” nadanya naik satu
oktaf “—disaat aku merasa bahagia setelah melihat para lelaki keren bermain
basket” memicingkan kedua matanya.
Nara dan Paran sontak tertegun melihat ekspresi Sora yang
lurus mengacu pada empat laki-laki tak jauh dari mereka berdiri. Bergerumbul
tak jelas ditaman kecil, yang satu hanya duduk dengan mimik sedih yang lainnya
berdiri membawa kaleng soda dengan tampang beringas. Salah satu target tatapan
Sora adalah laki-laki yang memakai topi berlogo E dijidatnya.
“Ah..Andy oppa~” Mulut Paran membentuk huruf O, kipasnya
lantas menutupi mulutnya dengan cepat. Pipinya bersemu merah jambu. Matanya
beradu cepat dengan Nara yang kebingungan. Mereka tau kini emosi Sora sudah
diubun-ubun. Tanpa perlu mendengar komentar apapun ia melangkah dengan cepat
menuju gerombolan itu, yang lain hanya berusaha mengejar parasnya yang
semampai.
“Andy-a, Kau tau berapa harga topi ini sebelum kau tumpahi
dengan soda murahan ini,hah?”
Melempar kaleng kosong kearah Andy. Lagi-lagi Eric memulai
acara bullying berjamaah dengan kawanannya, Junjin dan Minwoo.
“A-a-aku tidak sengaja hyung” Andy terbata-bata. Wajahnya yang
sudah putih pucat semakin pucat seperti kehabisan darah. Matanya berkedip-kedip
ketakutan. Tubuhnya hanya bertekuk lutut dihadapan Eric dan gerombolannya.
Lontaran kata-kata kasar mulai terdengar.
“Melempar kaleng soda yang masih berisi seenaknya, kau pikir
kau siapa? ” bengis Junjin. Andy tertunduk pasrah berharap adanya malaikat
penolong yang membela ketidaksengajaannya mencari gara-gara hanya karena saat
itu dia kesal sendiri.
“Pasti dia sengaja” Cibir Minwoo.
“Heh, Shitwa menyingkir dari hadapannya!” suara ancaman datang
mendadak dibalik punggung bullyers. Semua menoleh kebelakang. Tampak seimbang
jika mereka tiga lawan tiga tapi yang paling berani masih dipegang oleh leader masing-masing
geng.
“Kau bilang apa tadi?” Seru Eric menampakkan wajah meremeh
temeh.
“SHIT-WA” Sora mengeja perlahan kata plesetan Shinwa dengan
sangat cool, kedua tangannya terlipat kedepan. Telinga Eric memanas
atas ejaanya, Junjin dan Minwoo seketika maju selangkah. Ditahannya mereka
dengan lengan panjang Eric. Eric berdeham, topi berlogo E-nya ia putar
kebelakang. Sosok Eric the rapper mencuat dari dalam dirinya.
“Wae? Mau dengar versi aegyo-nya?” Senyuman tipis terpapar
dari bibir Sora, wajahnya sudah tak semaskulin tadi dan kemudian
“SHITWAA~~ppoing~~ppoing~~…” sosok imutnya muncul. Bermaksud merendahkan
martabat Shinhwa.
Hyaaa!!…detik itu juga raut wajah Eric memerah seutuhnya
antara marah ataupun tergoda dengan akting licik gadis yang selama ini dianggap
bermuka dua dihadapannya. Merasa tertantang bercampur salting
menguar, disahutnya kaleng soda milik Minwoo. Dibuka segelnya cklaak…lantas
dituang diatas kepala Andy yang sedari tadi hanya termangu. Raut mukanya sangat
mengolok. Semua ternganga. Nara enggan kehilangan momen itu, kameranya
terangkat, menyergap gerakan Eric dengan lensanya. Dibantingnya kaleng itu
dihadapan Venus. Eric mengangkat satu alisnya. Cengiran senyumnya membuat wajah
Sora yang dari imut menjadi mengerut. Kondisi Andy sungguh memalukan.
“Aku tidak suka bullying!!” teriak Sora ganas. Menggema
diseluruh taman. Disaat yang bersamaan, “Andy oppa~~” desahan Paran terdengar
lagi. Kali ini lebih lembut dari sebelumnya. Seperti menggunakan perasaan.
“Ini akan menjadi berita utama (lagi) di mading besok” suara
Nara terdengar lamat-lamat.
Tak membuang waktu juga Sora mulai menyahut kaleng soda milik
Junjin dengan amarah. Dibuka segelnya. Membalas siraman yang sudah ia lakukan
terhadap Andy kearah Eric sambil berkata “Ini! Minum sodanya!! Praak..”
kaleng soda terlempar.
“Aissh…jinjja!!” Eric basah.
“Paran-na, bersihkan dia” menuding Andy yang kini lepek. Paran
antara malu dan bingung, “Ah..i-iya”
“Kenapa selalu muncul dihadapanku?” laki-laki bertopi merah
itu mulai mendekati Sora perlahan. Cecunguk yang lain mengikuti pemimpinnya
dari belakang meninggalkan Andy dan Paran kecuali Nara yang berubah menjadi
paparazi disetiap kejadian.
“Sudah kubilang, aku tidak suka bullying dan aku juga tidak
berharap bertemu denganmu, terlalu merusak suasana” jawaban tegas Sora membuat
Eric hanya menatapnya dalam kondisi soda yang menetes di hidung dan pipinya.
Aroma cola masih segar tercium. Yang lain hanya meng-huwo-kan dialog
Sora. Sama-sama jengkel, mereka berdua hanya saling mengintai. 1 detik terasa
biasa…2…3….tiba-tiba terasa canggung satu sama lain. Ada letupan aneh
dikeduanya….terlalu bias untuk didefinisikan. Rasa marah atau kah rasa lain.
Jangan sampai aku berjodoh dengan makhluk macam ini…..keduanya
hanya berusaha mengancam hati masing-masing. Meneruskan ledakan demi ledakan
kata-kata pedas yang saling bersahutan.
Dasar Playboy….!!!
Playgirl…!!!
Biang Kerok!!!
Penyakit!!!
*****
Sementara itu, dikubu yang lemah ada Parah dan Andy yang
saling menyemangati. Paran hanya bisa mengeluarkan tissu basah dan tissu
kering, bingung memakai yang mana. Karena tepat didepannya ada laki-laki yang
mendegupkan jantungnya, menghentikan aliran darahnya, mematikan segala saraf
otaknya waktu itu juga. Yang ada seluruh pembulu darahnya bocor dan mengalir
kepusat paling memalukan. Wajahnya. Seperti kepiting rebus mungkin terlalu
biasa untuk kata pemalu tapi kini Paran berubah menjadi seonggok anak autis
yang hanya melontarkan kata-kata ‘eee’ dan ‘eee’ sambil mengipasi dirinya
sendiri yang kegugupan. Putri malu itu bertemu pangerannya, memendam rasa sejak
awal jumpa.
“Mi-mian…mereka keterlaluan” Paran tak kuasa menahan sipunya.
“Ee..tak apa, kau Kang Paran dari kelas dramakan? Aku sering
melihat kelas drama latihan di aula. Aku sering melihatmu berakting menjadi
peri penolong” Andy melempar senyuman manisnya kearah Paran yang kini
menyodorkan kedua kotak tissunya. Wajah Andy sudah tidak sepucat tadi, malah
terlihat sangat tampan saat ia sekedar mengulum senyum saat rautnya masih
dipenuhi cola.
Ah..ottoke…dia tau aku siapa…aku si peri penolong. .>///<
Paran mulai gemas dengan semua ini.
“A…aku juga sering bermain di kelas lukis. Andy oppa..eh
maksudku kau sudah terkenal diOcean Art. Karyamu sempat dijadikan pameran di
eeee….” Tangannya bergerak-gerak keatas dan kebawah begitu pula matanya yang
tak habis-habisnya berkedip-kedip. Lucu. Laki-laki dihadapannya memiringkan
kepalanya, tawanya makin lebar mengamati Paran yang makin tak terkendali.
Tiba-tiba Andy menyambar kipas pink digenggaman Paran yang
kelimpungan. Untuk pertama kali ia berpisah dengan kipas pinknya dan untuk
pertama kali kipasnya berada digenggaman laki-laki. Laki-laki yang disukainya
memompa angin kearahnya. Bermaksud memadamkan pipinya yang merona malah semakin
memperburuk keadaan Paran. Andy tetap menggoda dengan mengipasi gadis uncontrol
dihadapannya.
“Kyopta” celetuk Andy perlahan.
“Paran-a sudah selesai main kipasnya?” goda Nara antusias,
“hadap sini donk..1 2 3 cklik yuhuu…” teropong Nara masih suka
memeriahkan keadaan. Sontak mereka berdua sama-sama malu. Paran meminta
kipasnya kembali dengan sabetan cepat.
“Bagaimana keadaan Kim Sora dan lawan duelnya Eric Mun?”
mendadak dialek Paran berubah formal karena gugup.
“Ah seperti biasa, tidak ada yang benar-benar menang ataupun
kalah. Tapi aku sudah mengambil banyak gambar ditiap adegan cekcok mereka
yuhuu..Pasti member yang lain suka. Aku menanti saat mereka benar-benar tidak
sekedar adu mulut”Nara girang ditambah dengan kepala yang manggut-manggut
menyetujui ide liarnya sendiri.
Sora kembali dari tanah konflik. Rasa lapar sudah tidak
menjadi alasan untuk membasmi pembullyan. Masih terbelenggu rasa emosi, dia
mendatangi sekumpulan kecil kubu pemalu. Gaya kedatangannya sama dengan Eric.
Berkacak pinggang kedua alisnya bertautan. Tak peka terhadap kondisi kasmaran
yang diderita sahabat pemalunya, dia hanya mengumbar kegengsiannya. Dengan
sigap Andy bangkit dari keterpurukan. Saat di berdiri tingginya ternyata
melebihi Sora yang kini kepalanya kembali meluangkan waktu untuk mendongak tapi
tak terlalu keatas dari pada harus berhadapan dengan Eric tadi.
“Jangan salah paham atas kedatangan kami, aku hanya tak suka
dengan pesta bullying atau semacamnya. Jadi..siapa namamu?”
“Andy”
“Ya. Jangan berusaha mencari masalah dengan mereka”
Andy hanya mengangguk-angguk diikuti Paran yang bingung harus
berkomentar apa. Sora melenggang pergi tanpa percakapan lebih lanjut,
memperbaiki moodnya yang bercucuran. Nara mengekor dibelakang. Ada gangguan
aneh diotak gadis yang sedang over temper itu. Beberapa ucapan
Eric seperti panah didagingnya tapi ada satu kalimat yang membuatnya sedikit
melenceng dari kebiasaan. Eric Mun sial…
“Andy –a fighting!!” Paran dengan sangat genit, mungkin ini
pertama kalinya dia segenit itu menyemangati pangeran kacaunya. Mereka berdua
saling mengerling, saling menyunggingkan senyum seolah-olahh merekam kenangan
manis semenit yang dirasakan. Benda bernama kipas sangat mencairkan suasana
lalu—
“HYAA!!! Paran-a kau akan membelikanku ice cream jika dalam 5
detik tak kunjung menyusul” Sora benar-benar mengaum. Kaki kecil putri malu
terpaksa berlari menghampiri sang ratu.
*****
Applouse paling meriah datang dari Ninri yang memegang foto
bertema ‘Rescue Andy’ diputaran terakhir, “Masa awal dimana
bumbu asmara menyeruak. Cerita makin seru. Ayo lanjutkan”.
“Kita adakan permainan. Anggap saja kartu, foto ini akan ku
balik dan satu persatu harus memilih foto. Foto apapun yang kalian dapat,
kalian harus menceritakan kisahnya. Setuju?” tawaran lucu meluncur dari si
fotografer kepada member yang lain.
“Setuju” Tanggapan mereka serentak.
Kedua tangan Nara menggebrak meja bundar perlahan. Kelima
wanita yang lain membantu Nara dengan meminggirkan gelas dan piring cakenya.
Mulai dibalik semua foto lantas ia putar-putar seperti mengaduk segelas kopi.
Ekspresinya misterius dia menunjuk seseorang. Jari-jarinya bergetar, matanya
terpejam, mulutnya komat-kamit layaknya nenek sihir membaca mantra. Semua
sangat berlebihan namun konyol.
“Aku memilihmu, wahai engkau si baju kuning sebersinar
mentari, seceria pagi menyambut jagat raya. Choi Ninri!!”
Matanya menyipit, mulutnya terbuka ceria berakting manis
manis. Diraupnya satu foto—
“Here we go----”
TBC
Tidak ada komentar:
Posting Komentar