Sabtu, 15 Juni 2013

Kiss & Hug [Part 1]

Fanfiction : EXO
Cast         : Song Hyuki (OOC), Chanyeol, Luhan dan Kris
Genre       : Romance
Rated       : M

Enjoy the show :)

Penat. Rasanya seperti sampah. Ujian macam apa yang kukerjakan tadi, sambil menggerutu tak jelas kujejalkan kertas-kertas yang membuat kepalaku runyam kedalam tas. Melihat jam, sudah menunjukkan waktu makan siang. Menunggu anak konyol dengan muka masam ditepian trotoar kampus. Cuacanya sedang cerah tapi kenapa aku malah mendapat nilai jelek. Tumben.
Tak sabar menunggu anak konyol itu, kuberdayakan ponselku. Kugeser kuncinya, tapping menaping dimulai. Dia sering kali online Line. Iya. Line. Baru kutekan applikasinya sudah muncul saja chatku dengannya. Luhan.

Oppa…lapar~~~ cepatlah datang *aegyo*
Senyum senyum sendiri. Menggodanya adalah hal yang sesekali kulakukan. Send. Kupilih stiker yang paling cocok untuk penambahan aksen imut di chat. Sibukku memilih stiker,tiba-tiba jari telunjuk yang tak tau asal muasalnya menyerobot pilihan stiker kelinciku. Menunjuk ke arah teddy bear yang mong. Sontak aku menoleh. Ada yang menempel dibahuku. Membuatku oleng. Kepala Luhan bersandar asik disana, tersungging senyum nakalnya. Senyum yang mematikanku.

“Hya! Aku sudah menunggu lama. Aku lapar dan aku mendapat nilai jelek” Manjaku padanya.
“Nae arraseo” Jambulnya yang merah mengangguk-angguk, menyeretku pada sebuah bangku. Mengisyaratkan untuk duduk “Aku punya sesuatu untukmu, Jjajjang!!” Mengeluarkan dua lembaran kertas seperti tiket. Kubaca tulisannya ternyata voucher makan. Wajahku seketika sumringah kegirangan. Tangan Luhan menggenggamku erat melompat-lompat dipinggir trotoar seperti duo bodoh.

“Selain mendapat diskon makan, temanku dari jauh akan performent disana. Akan ku kenalkan kau padanya”
“Sippo~~” Teriakku lantang.

Kebodohan kami masih berlanjut. Pria berwajah imut itu mengambil iphonenya. Kebiasaan narsis selalu jadi yang pertama. Tangan kirinya sibuk mencocokkan cameranya “Momen mengasikkan harus diabadikan” Ujarnya. Aku dengan posisi disebelahnya berusaha menyamai tinggi bahunya. Dirapatkan tubuhku dengan tangan kanannya. Kugigit voucher makan bertuliskan ‘XOXO Resto’ diskon 50%. 1..2..3. Snap!.

Sekali dua kali berkali-kali dengan pose absurd yang berbeda-beda. Ujung-ujungnya menjadi pusat perhatian. Banyak komentar mengenai kami sebagai pasangan paling serasi di kampus. Banyak orang yang iri hati mengenai kami. Tapi kami tak pernah ambil pusing. Karena inilah kami apa adanya. 5 tahun bersama, mengukir cerita. Aku, Song Hyuki dan Luhan oppa.

“Hyuki-ya kyeopta” Memperlihatkan fotonya. Luhan apa yang membuatmu setampan ini dengan balutan kaos belel biru dongker bawahan jins sobek-sebek ke kampus. Aku hanya menggeleng.
“Kau juga tampan seperti biasanya” Balasku.

Photoshot yang barusan dilakukan adalah selingan penunda lapar. Kini kami mulai duduk didalam bis menuju Resto berdiskon tadi. Sepertinya aku sudah lupa bagaimana rasanya galau soal nilai ujian, bagaimana susahnya belajar jika ada Luhan. Kami berasal dari sekolah yang sama dari SMA hingga mahasiswa sekalipun. Sampai tak tahu hubungan kita ini seperti apa, pacar, anak kembar atau kakak adik sekalipun. Yang jelas oppa selalu melindungi ku begitu pula aku yang selalu membelanya.
Karena kondisi mulai hening, aku mengeluarkan permen membaginya dengan Luhan. Sama sama suntuk karena perjalanan yang lumayan panjang.

“Seperti apa temanmu itu? Apa aku pernah bertemu sebelumnya?” Aku buka suara.
Pria tinggi itu memperhatikanku sejenak kemudian menggeleng.
“Seperti apa dia? Laki-laki atau perempuan?”
Sekarang bibirnya yang tipis digigitnya, jari-jarinya memelintir rambutku yang terurai. Bersikap acuh tak ingin menjawab. Ku tatap matanya curiga, seketika kukuncir rambutku. Isengnya anak ini.
“Pemuda tinggi, lebih tinggi dariku. Bertelinga lebar, matanya juga lebar. Dia seorang gitaris. His name is Chanyeol. Dia sahabatku waktu kecil dan baru bisa bertemu sekarang” Dia merentangkan tangannya lebar-lebar.

Aku menghela nafas panjang, pasti predikat keimutan Chanyeol sejenis dengan Luhan. Gadis beruntung sepertiku ini patutnya dibunuh oleh fans fans mereka. Kesadaranku menjadi klimaks ketika masih ada wanita yang lebih cantik dariku yang bisa menjadi sandingan Luhan tapi apa yang membuat bocah ini memilihku. Iya karena aku yang menjadi diriku, menjawab dengan jujur ketika aku harus mengakui ketampanannya, kepintarannya mencari perhatian bahkan perasaan sekalipun bahwa aku dan dia hanya sebatas sahabat. 

“Aku ada kabar terbaru, aku diterima kerja part time mengajar bahasa inggris. Kau tau dimana?” Mataku berkedip kepadanya. “ Dirumah Pak rektor kampus kita dan aku mengajar anaknya”
“Huwooo..daebak!! anaknya masih SMA?”
“Entahlah sepertinya begitu”
“Kapan mulai mengajar?”
“Besok malam, tiap hari Senin, Rabu dan Sabtu” Aku menyebutkan satu-satu.
“Hajima~~ jangan weekend lantas kapan kita jalan jalan bersama” Tubuhnya sontak mendekapku. Merengek seperti anak usia 5 tahun. Seluruh penumpang di bis memperhatikan sesuatu yang mereka anggap mesra. Lenganku terayun-ayun keatas. “Mianhae..mianhae” Aku tertunduk malu. “Setelah mengajar kau boleh menjemputku dirumah rector kemudian kita main sepuasnya” Bisikku pelan.

Jambulnya yang kaku menggelitik leherku. “Sampai!!!” Soraknya seoalah-olah tak mendengarku bicara. Kepalanya hampir menghantamku detik itu. Untung tubuhku cukup gemulai untuk menangkisnya. Kepukul langsung kepalanya. Dia terkekeh meluluhkan rasa jengkelku.
Kami keluar dengan selamat. Tepat diturunkan di gerbang Resto XOXO. Bangunannya terkesan tua, dengan desain yang artistic. Neon-neon berwarna kuning kecoklatan terpasang berurutan di atap atapnya. Lucu. Temboknya putih gading ada ukiran simple diujung-ujungnya. Bisa dibayangkan seperti bangunan Belanda. Sangat formal.
Dengan perasaan aneh kami melangkah maju. Mata kami berkeliling melihat nuansa resto itu. Sepi tak ada pengunjung. Tatapan kami bertemu.

“Kita naik bis dengan benar kan?” Tanyanya ragu.
“Mana ku tau. Kau yang tau jalan” Kutunjuk hidung mancungnya. Disambarnya jari telunjukku dengan cepat.“Kata Chanyeol. Resto ini fullcolor. Full color darimana yang ada kita bisa cepat tua disini. Ayo kita masuk”

Terkadang aku tak pernah mengerti sikap autisnya. Umurnya yang lebih tua 2 tahun denganku tertutup sikap childish dan perangai awet mudanya. Sabar.
Kami masuk tanpa permisi tanpa sambutan dari pelayan yang biasanya menawari kami ‘Selamat datang di resto kami, ada menu special untuk pasangan yang sedang kasmaran’ sambil menunjukkan sederetan giginya. Tumben.

“Uwoooohh….” Kedua mulut kami membentuk huruf O lebar. Shock melihat apa yang disebut full color.
“Dreamland!”
“Neverland!”

Secara bersamaan dan lepas kendali kata-kata itu meluncur. Tertata rapi cangkir berukuran jumbo ditempatnya. Dua hingga empat orang bisa masuk didalamnya. Warna warni. Ada etalase berjalan disebuah mini bar didepan cangkir-cangkir itu. Terhidang macam-macam cake dan menu makanan berat. Nuansa anak-anaknya terasa. Stiker-stiker lucu tertempel didinding-dindingnya. Diujung ruangan tampak panggung mini untuk pemusik Resto XOXO. Temanya memang XOXO - Kiss and Hug. Penuh boneka dan penuh cinta. Sayangnya tak ada pengunjung kecuali kami. Ada satu tante-tante dibalik etalase, wajahnya datar seperti orang mati.

Don’t judge the book from the cover” Lugas Luhan.
“Luhan, anyeong!!”

Kubalik tubuhku mendengar sahutan keras diikuti punggung Luhan. Ia berbalik terlalu berlebihan tas ranselnya menabrakku cukup keras “aghk..” Dari wajahnya melukiskan kesenangan yang luar biasa. Iya memahami panggilan itu. Panggilan yang ditunggu-tunggu. Muncul pemuda yang masuk tanpa permisi sama seperti kami. Luhan melompat, menghambur ke sumber suara. Mendatangi pemuda yang membopong sebuah gitar.

“CHANYEOL-a!!!”

Makhluk sejenis dewa berpelukan. Aku mendesah berpura-pura tak merasakan auranya. Keduanya seperti sepasang telettubies Lala dan Po. Luhan menghampiriku kemudian menarikku “Chagiya~~” Seketika kujewer telinganya, dia meringis kesakitan. “Hehe. Park Chanyeol ini Song Hyuki. Song Hyuki ini Park Chanyeol” Kedua tangannya menepuk-nepuk bahu kami bersamaan. Kening Chanyeol mengkerut.

“Gadismu kah?” Mata Chanyeol yang sebesar biji salak menyorotku tajam. Suaranya berat dan parau memanipulasi kontur wajahnya yang kecil dan bulat.
“A..aniya. Kami sahabat baik” Sergahku.
“Semoga kita bisa menjadi sahabat yang baik pula” Timpal Luhan.
“Tapi kalian berdua memakai baju couple sama sama birunya” Chanyeol masih penasaran. Tolong hentikan semua ini batinku. Aku hanya merasa beruntung.
“Kita triple!” Telunjuk Luhan menodong dirinya sendiri, bergerak kearahku kemudian ke sahabatnya itu kemudian kami tertawa lantang. “Ahaaa~~~”

Selanjutnya kami disuguhi dengan menu makanan yang lezat. Pancake, Kentang goreng dan Bubble tea favorit Luhan tersedia disini. Betapa melebihi bayi dia sekarang. Menggodaku dengan sedotan pink, meniup niup poni tebalku saat aku sedang mencoba mengakrabkan diri dengan sosok bayi yang lain. Chanyeol. Bedanya dia lebih tidak autis dalam kondisi tertentu.

“Apa yang membuatmu berteman dengan dia?” Kurampas sedotan pink dari gigitan Luhan tanpa memandangnya. Akhirnya ia mendengarkan kami berbincang.
“Dia teman kecil yang meracuniku tentang dunia. Kemudian kita sempat terpisah waktu SMP karena aku harus pindah dan baru sekarang dengan statusnya yang mahasiswa ini kita dipertemukan lagi. Ah..rasanya….” Membenamkan wajahnya yang lucu kedalam topi putihnya, kemudian membukanya lagi memasang secara paksa ke kepala Luhan.” Rindu”
“Jika rindu maka nyanyikan sebuah lagu. Gitar dan stand mic diujung sana berkoar-koar memanggilmu oppa~oppa” Sambar Luhan dibalik topi rekannya.

Chanyeol mengangguk cepat, mengambil topinya kembali, memakainya dalam keadaan terbalik. Bangkit lalu berjalan dengan cepat ketempat yang dimaksud Luhan sebelumnya. Memeriksa stand mic itu dengan pasti. “Check it” Suaranya yang serak membahana di seluruh Resto. Hanya kami bertiga yang mendengarnya menjadi empat bersama tante-tante datar dibalik etalase.
Tampak wajahnya begitu merindukan teman lamanya. Tatapan penuh perhatian. Kadang-kadang pandangan kita juga bertemu. Dibuka tas panggulnya yang berisi gitar akustik. Sejenak aku tertarik dengan benda coklat yang bisa berdenting itu. Cemerlang dan mengkilat. Sedikit setelan pada gitarnya lalu dipetiknya dengan posisi senyaman mungkin. Duduk dikursi. Mic perlahan Ia turunkan. Petikan pertama mengudara. “Lisen to me. Yes you!” Applouse dari Luhan menderu “Wuhuuu”.
Special for you Don’t Go

Petikan dan suara Chanyeol yang berat begitu sinkron dengan perasaan sendunya sekarang. Aku melihatnya dengan tatapan mengaduh haru. Luhan yang seperti lem, anggapanku cuma aku yang dia miliki, Cuma aku yang berhak merindukannya tapi kini muncul pria ini pria dengan ability yang lebih dari aku yang hanya sekedar penikmat bulliannya, pendengar masalah hatinya kala kacau. I am totally jealous.
Anak ini memang tak bisa diam selalu overacting dan hiperaktif. Dengan ketabahanku, ku biarkan dia berkelana sendiri menghampiri temannya yang sedang mellow itu. Merebut stand micnya. Mengkode sahabatnya untuk menyanyikan lagu yang menyenangkan. Mereka bernyanyi bersama. Menghibur. Tuhan tolong hentikan waktu, aku wanita biasa yang punya perasaan meleleh saat melihat dua pemuda manis manis bermanner seperti itu. Aku hanya membeku.

“Ah, aku harus pergi. Nuna kau pulang sendirian ya?” Celetuknya menggunakan mic sehingga suaranya mengaum.
“Nae? Tapi…Nuna??”
“Aku bisa mengantarnya pulang” Sahut Chanyeol merebut mic dalam genggaman Luhan sambil menunjukkan sederetan giginya yang putih. Luhan sudah beranjak dari sisi Chanyeol. Menerobos keheningan resto dengan ketergesahannya.
“Jam 4 aku harus menemani Ibuku belanja. Mianhae. Chanyeol-a kau masih ingat dimana rumahku kan. Jam 7 aku sudah berada dirumah. Mampir ya kita mengobrol soal apapun disana” Melambai kearah rekannya yang sekarang merapikan gitarnya kembali. “Jaga chagiyaku dengan selamat”
Telingaku geli mendengar kata sayang darinya. Tolong jangan memancing para fansmu untuk membunuhku ditengah jalan nantinya.
*****
“Sudah berapa lama mengenalnya? Tampaknya kalian sudah seperti ini” Kedua jemari Chanyeol bertautan.
“Sejak SMA” Jawabku singkat.
“Aku merasa bersalah ketika aku meninggalkannya begitu saja. Aku kira aku telah kehilangan senyumnya. Dia sulit berteman dengan siapapun” Si telinga lebar itu mendecak ragu. “Aku bahkan heran tiba-tiba dia bilang akan memperkenalkanku pada gadis yang istimewa dan ternyata kau. Apa Luhan sekarang sudah punya kekasih?”
“Dia tipikal orang yang berteman dengan orang yang apa adanya. Dia punya banyak fans disekolah bahkan kampus. Perangainya yang lucu, hiperaktif dan kekanak-kanakan itu yang membuatnya menjadi center. Kami sering terkena isu negatif tapi dia malah membiarkan semuanya berlalu. Dia terlalu nyaman denganku begitu pula aku” Aku mendiskripsikan betapa serunya sahabatku itu. “Saking akrabnya aku dengan oppa. Dia pernah berkata, dia harus melihatku memiliki pasangan dulu baru dia dengan ikhlas melepaskanku lalu mencari kekasih. Aku pikir itu hanya candaannya saja”

Mata kami bertemu, sekilas dia tampak termangu. Sambil membopong gitarnya kami berjalan berdua ditengah senja. Kami memutuskan untuk berjalan sembari menikmati sore meski perjalanan kami dua kali lipat jauhnya. Ada rasa damai ketika sudah terjebak dalam percakapan yang membawamu ketempat lain. Bibir Chanyeol kini tersenyum manis.

“Hal yang sama yang pernah diucapkannya padaku sebelum aku pergi. Kau harus ingat setiap kata kata manis yang ia lontarkan, dibaliknya pasti ada maksud tersembunyi” Tegasnya. “Tapi baguslah dia memilikimu sekarang. Sahabat yang bisa dipercaya. Dia tidak pernah salah pilih sebelumnya. Dia akan sangat cerdas menebak isi hati dan pikiran orang yang baru dia kenal, orang itu berhati buruk atau tidak. Kurasa…” Chanyeol menyipitkan sebelah matanya, mengekerku dengan kamera yang ia buat sendiri dari tautan jari-jarinya. “ Kau sahabat yang apa adanya hehe”
“Sudahlah tak perlu menggodaku” Wajahku semburat kemerahan.

Jika benar ini bukan sekedar keberuntunganku berteman dengan orang-orang seperti mereka maka akan ada cerita dan konflik yang menghadangku nantinya. Bukan sekarang tapi kedepannya.

1 jam berjalan 1 kali beristirahat sekedar membeli juice jeruk. Cukup melelahkan. Bercanda perihal apapun yang bisa ditertawakan. Mengobrol apapun yang bisa diobral. Mulai dari perihal kampus, Luhan hingga keluarga. Chanyeol begitu terbuka akan beberapa hal termasuk soal sekolah musiknya, cita cita sebagai gitaris dan penyanyi handal. Sampai kami lupa waktu “Aku mendukungmu jika kau mewujudkannya. Hya..rumahku kelewatan. Maaf telah membuatmu berjalan sejauh ini. Rumah Luhan sekitar 4 blok dari sini sebaiknya kau pesan taksi”
“Aniya aku terbiasa berjalan” Matanya bias akan sinar cahaya bulan. Tunggu. Astaga memang bulan tepat diatasnya. Aku mendongak mataku silau. Ternyata cahaya lampu. Sebelum mataku terpapar cahaya neon lebih tajam ada bayangan gelap tepat diatasku. Tangan Chanyeol yang lebar melindungi mata lelahku. Ah..pria ini gelagatnya sama saja dengan Luhan. Selesai sudah.

“Ada yang salah?” Ujarnya santai.
“Ya. Mataku tak bisa melihat bulan”
Telapak tangannya dingin dan sedikit kebas. Mungkin sering bermain gitar atau dia adalah sosok orang yang suka bekerja keras.
“Kau melihat bulan yang salah” Tandas si jangkung itu. Diajaknya aku ketengah jalanan sepi. Dibawahnya ada kubangan air. Aku memiringkan kepalaku. Kebingungan. Airnya kebetulan tenang. Mukanya setipe dengan Luhan ketika melihat sesuatu yang menurutnya menarik. Aku mengiyakannya saja karena dia sudah telanjur melompat-lompat ceria. Sambil memegang topinya agar tidak terjatuh dia menyuruhku menunduk. Kuturuti saja perbuatan yang pasti adalah perbuatan mahakonyol.

Pantulan wajah kami tepat dipinggir kubangan. Siluetnya bergoyang-goyang akibat angin yang terhempas tak teratur. Sesekali permukaannya kejatuhan daun dari atas pohon membuat genangannya bergerak. Saat benar-benar tenang ada bintik kecil sebesar bola pingpong  muncul dipermukaan air. Bulan yang kucari. Bukan neon didepan rumah. Aku tertawa geli dia makin sumringah. Apa apaan ini, aku sudah kebal dengan Luhan sekarang disodorkan Luhan Luhan yang lain yang sama romantisnya. Nafasku sesak lama-lama berteman dengan mereka.

Saat aku tersipu sendiri, diam-diam Chanyeol memperhatikanku. Memperhatikan pipi chubbyku yang berdimple, lentiknya bulu mataku, tipisnya bibir merah jambuku. Rambutku yang terurai panjang tertiup angin sepertinya telah menyihirnya masuk kedalam blackhole. Tolong jangan sekarang, jangan secepat itu hatiku belum sepenuhnya bergetar.


TBC…

Tidak ada komentar:

Posting Komentar