Bintik
bintang tetap pada posisinya yang menjemuhkan. Bulan juga tampak
standar-standar saja bentuknya. Bulat seperti bola mata, pancarannya makin
terang saat menginjak tengah malam menjemput pagi. Bahkan ini sudah pagi. 00.30
wib. Jariku tak merasakan apapun, kebas setelah 2 jam memetik benda berwarna
eksotis ini. Mata dan otakku sudah mulai tak sinkron . Terasa berat, Gambarannya
mulai kabur, aku tidak berada disini lagi diruang 3x3 ku. Ada rasa yang menyesakkan.
Penyakit tengah malam. Kegalauan.
Kini
aku berdiri dititik masalah. Dehaman didepan telingaku nampaknya sangat serius.
Suaranya dalam menggelitik telinga. Aku menyukai suaranya tapi aku diam saja.
Bukan saatnya mengagumi keberadaannya. Aku juga berteriak, memaki secara runtut
masalah yang berliku. Dia menanggapi dengan kepala dingin. Tanganku mulai
bergetar, kurampas handphone sialan itu. Ku tau dia adalah pengacara statusku
mahasiswa. Lantas kenapa? Jangan meremehkanku.
Tuuuut…tut tut tut
Sekian
kali dibuatnya kesal, hatiku masih luluh. Muncul si penelfon dibelakangku tepat
setelah kumatikan telponnya. Wajahku sudah murung sambil menatap pria yang tak
pernah kukenal sebelumnya. Yang selalu datang dalam bayang-bayang mimpiku tanpa
sadar. Tersenyum seolah semua akan berjalan baik. Bagaimana kau bisa datang
saat aku mulai merasa sendirian? Tersudutkan?
Ingin ku tawarkan berbagai macam pertanyaan dasar ala anak SMA saat perkenalan
pertama, namanya siapa? Asalnya dari mana? Tapi tak ada satu katapun yang
meluncur dari mulutku. Kerongkonganku sudah tertahan. Skenario ini membuatku
lumpuh menyadari aku memiliki hubungan dalam dengan dia.
Ciri
yang sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Dia dengan postur tubuh lebih tinggi
dariku, jauh lebih tinggi. Ada hubungan dengan keluargaku sebelumnya terutama
kakak laki-lakiku. Sepertinya mereka berteman. Aku hanya merasakan tubuhnya
yang proporsional namun sangat melindungiku. Rambutnya hitam jabrik dengan
wajah yang kabur hanya senyumnya yang mengindah. Siapa? Yang paling mendebarkan
adalah aku mencintainya.
Gerakannya
sangat cepat, merengkuh tubuhku dalam sekali sahutan. Berbisik pelan
ditelingaku “Semua akan baik-baik saja. Masalah sudah selesai”. Detik itu, aku
bisa merasakan aroma tubuhnya yang begitu maskulin, sentuhan jari jemarinya di
rambutku. Skinship yang ia berikan terasa nyata. Meringankan setiap beban yang
kupanggul. Bodyguard dalam mimpi? Adakah? Bahkan aroma tubuh dan suaranya aku
bisa rasakan? Ini gila.
Alurnya
berubah seketika. Aku kembali sendirian melanjutkan aktivitas kampusku. Aku
masih ingin melihatnya ingin bersamanya.
Aku berusaha biasa saja. Dalam sebuah
keramaian yang memekakkan aku diselimuti kebosanan untuk kesekian kali. Kampus
sepertinya ada kegiatan besar dan aku mengabaikannya, tak ingin masuk
didalamnya. Mataku menyapu semua keadaaan, kehuru-haraan nyanyian-nyayian tak
menarik perhatian, hingga tertuju disatu titik. Masa lalu yang pernah membuatku
luka. Masa lalu yang pernah mengisiku itu, sepertinya sudah bahagia bersama
wanita lain. Dadaku terhenyak, membiarkan segalanya mengalir. Aku mendesah.
Tatapanku
beralih mencari sisi sisi kosong, sudut-sudut terkecil. Ah..dia lagi. Seseorang
yang sepersekian detik barusan kurindukan. Sejak kapan dia berdiri 5 meter
dariku, memperhatikanku dalam keheningan. Rasanya isi perutku mau keluar.
Tersipu. Apa saja yang telah ia rekam dalam ingatannya tentangku? Kelakuan
bodoh yang kulakukan. Kutahan tawa malu dan rasa menyenangkan dalam dadaku. Apa
apaan ini, jangan mendekat, kumohon. Aku tak ingin kita menjadi pusat perhatian
saat kau berada disisiku. Aku tak ingin rekan-rekanku curiga lalu menggosip
yang tidak-tidak tentang kehadiranmu. Cukup kita berdua saja.
3 meter…2 meter baiklah 10 sentimeter. Leherku
dipenuhi pergelangan tangannya yang berat. Menuntunku untuk melangkah.
“Jangan
pernah melihat kebelakang”
Kutatap
dia dengan sorotan tajam. Jantungku dipompa lagi oleh bibirnya yang tipis penuh
dengan senyuman hangatnya. Dia memahami pikiran-pikiran anehku. Aku tak ingin
punya otak jika itu terjadi.
Aku
tak pernah mengenalnya. Aku tertelan oleh cara bicaranya yang cerdas. Ada
dimana-mana. Vampirkah? Aku
terintimidasi oleh caranya yang kreatif mengkonstruk hatiku. Lantas aku jatuh
cinta pada bayangannya.
Digenggamnya
tanganku sangat erat seolah takut akan kehilangan. Jari-jarinya benar-benar pas
memasuki sela jariku. Tangan yang lain menunjuk segerombolan orang-orang yang nampak
sejenis dengannya. Mengkode kita akan kesana. Jika boleh kumaknai aku akan
ditunjukkan dunianya. Dunia awal agar aku mulai mengenalnya. Identitas dan
warna hidup yang ia miliki di mimpi-mimpi selanjutnya.
Inspirated by #imagine :p
Tidak ada komentar:
Posting Komentar