Minggu, 23 Juni 2013

Si Penjaga Mimpi

Bintik bintang tetap pada posisinya yang menjemuhkan. Bulan juga tampak standar-standar saja bentuknya. Bulat seperti bola mata, pancarannya makin terang saat menginjak tengah malam menjemput pagi. Bahkan ini sudah pagi. 00.30 wib. Jariku tak merasakan apapun, kebas setelah 2 jam memetik benda berwarna eksotis ini. Mata dan otakku sudah mulai tak sinkron . Terasa berat, Gambarannya mulai kabur, aku tidak berada disini lagi diruang 3x3 ku. Ada rasa yang menyesakkan. Penyakit tengah malam. Kegalauan.

Kini aku berdiri dititik masalah. Dehaman didepan telingaku nampaknya sangat serius. Suaranya dalam menggelitik telinga. Aku menyukai suaranya tapi aku diam saja. Bukan saatnya mengagumi keberadaannya. Aku juga berteriak, memaki secara runtut masalah yang berliku. Dia menanggapi dengan kepala dingin. Tanganku mulai bergetar, kurampas handphone sialan itu. Ku tau dia adalah pengacara statusku mahasiswa. Lantas kenapa? Jangan meremehkanku.

Tuuuut…tut tut tut

Sekian kali dibuatnya kesal, hatiku masih luluh. Muncul si penelfon dibelakangku tepat setelah kumatikan telponnya. Wajahku sudah murung sambil menatap pria yang tak pernah kukenal sebelumnya. Yang selalu datang dalam bayang-bayang mimpiku tanpa sadar. Tersenyum seolah semua akan berjalan baik. Bagaimana kau bisa datang saat aku mulai merasa sendirian?  Tersudutkan? Ingin ku tawarkan berbagai macam pertanyaan dasar ala anak SMA saat perkenalan pertama, namanya siapa? Asalnya dari mana? Tapi tak ada satu katapun yang meluncur dari mulutku. Kerongkonganku sudah tertahan. Skenario ini membuatku lumpuh menyadari aku memiliki hubungan dalam dengan dia.

Ciri yang sama dengan mimpi-mimpiku sebelumnya. Dia dengan postur tubuh lebih tinggi dariku, jauh lebih tinggi. Ada hubungan dengan keluargaku sebelumnya terutama kakak laki-lakiku. Sepertinya mereka berteman. Aku hanya merasakan tubuhnya yang proporsional namun sangat melindungiku. Rambutnya hitam jabrik dengan wajah yang kabur hanya senyumnya yang mengindah. Siapa? Yang paling mendebarkan adalah aku mencintainya.

Gerakannya sangat cepat, merengkuh tubuhku dalam sekali sahutan. Berbisik pelan ditelingaku “Semua akan baik-baik saja. Masalah sudah selesai”. Detik itu, aku bisa merasakan aroma tubuhnya yang begitu maskulin, sentuhan jari jemarinya di rambutku. Skinship yang ia berikan terasa nyata. Meringankan setiap beban yang kupanggul. Bodyguard dalam mimpi? Adakah? Bahkan aroma tubuh dan suaranya aku bisa rasakan? Ini gila.
Alurnya berubah seketika. Aku kembali sendirian melanjutkan aktivitas kampusku. Aku masih ingin melihatnya ingin bersamanya. 

Aku berusaha biasa saja. Dalam sebuah keramaian yang memekakkan aku diselimuti kebosanan untuk kesekian kali. Kampus sepertinya ada kegiatan besar dan aku mengabaikannya, tak ingin masuk didalamnya. Mataku menyapu semua keadaaan, kehuru-haraan nyanyian-nyayian tak menarik perhatian, hingga tertuju disatu titik. Masa lalu yang pernah membuatku luka. Masa lalu yang pernah mengisiku itu, sepertinya sudah bahagia bersama wanita lain. Dadaku terhenyak, membiarkan segalanya mengalir. Aku mendesah.

Tatapanku beralih mencari sisi sisi kosong, sudut-sudut terkecil. Ah..dia lagi. Seseorang yang sepersekian detik barusan kurindukan. Sejak kapan dia berdiri 5 meter dariku, memperhatikanku dalam keheningan. Rasanya isi perutku mau keluar. Tersipu. Apa saja yang telah ia rekam dalam ingatannya tentangku? Kelakuan bodoh yang kulakukan. Kutahan tawa malu dan rasa menyenangkan dalam dadaku. Apa apaan ini, jangan mendekat, kumohon. Aku tak ingin kita menjadi pusat perhatian saat kau berada disisiku. Aku tak ingin rekan-rekanku curiga lalu menggosip yang tidak-tidak tentang kehadiranmu. Cukup kita berdua saja.

 3 meter…2 meter baiklah 10 sentimeter. Leherku dipenuhi pergelangan tangannya yang berat. Menuntunku untuk melangkah.
“Jangan pernah melihat kebelakang”

Kutatap dia dengan sorotan tajam. Jantungku dipompa lagi oleh bibirnya yang tipis penuh dengan senyuman hangatnya. Dia memahami pikiran-pikiran anehku. Aku tak ingin punya otak jika itu terjadi.
Aku tak pernah mengenalnya. Aku tertelan oleh cara bicaranya yang cerdas. Ada dimana-mana. Vampirkah?  Aku terintimidasi oleh caranya yang kreatif mengkonstruk hatiku. Lantas aku jatuh cinta pada bayangannya.

Digenggamnya tanganku sangat erat seolah takut akan kehilangan. Jari-jarinya benar-benar pas memasuki sela jariku. Tangan yang lain menunjuk segerombolan orang-orang yang nampak sejenis dengannya. Mengkode kita akan kesana. Jika boleh kumaknai aku akan ditunjukkan dunianya. Dunia awal agar aku mulai mengenalnya. Identitas dan warna hidup yang ia miliki di mimpi-mimpi selanjutnya.

 by : Indah
Inspirated by #imagine :p


Tidak ada komentar:

Posting Komentar