Sudah lama sekali nggak nulis FF hehe...sekalinya bikin malah dapet ide yang nggak nggak.
Bikin FF MV version itu loh mana ada sebenernya...tapi ya karena nggak puas aja lagu seenak itu nggak ada MVnya jadi aku bikin bikin sendiri sesuai imajinasi hahaha *author parah*
Perjuangannya mendetail waktu bikin ini, selain mengkhayal keras juga mikirin durasinya diitungin perdetik biar pas *nggak penting banget kan* belajar jadi DOP (Direct of Photograpy) juga kan :) lumayan...
Kalo kata Einstein Pengetahuan itu berawal dari imajinasi, kalo nggak salah si gitu haha :D
Semoga yang baca mengerti dan sepaham dengan saya...dan semoga transletnya nggak salah haha
Syarat baca ini harus mendengarkan lagunya sepenuuh hati dan itu harus MALAM HARI dengan TIMING GALAU!!!!!! REMEMBER TIMING GALAU!!!! :D
enjoy the show :)
Play the music please... Hurts --- SHINHWA
Adegan 1
Siluet gadis berambut pendek memakai gaun putih, lekuk
punggungnya memantulkan bayangan hitam. Sosoknya hanya duduk menghadap danau
yang kian menjingga. Menikmati warna orange senja. Lantas menghilang. Bernuansa
sendu.
Adegan 2
[MinWoo]
Salmyeosi yeope nuwo
Ni eolgul gaseume saegyeo
Neo yeoksi himdeultende
Gonhi jamdeun eolgullo haengbokhan
kkumeul kkuneun neo
I gently lie next to you and engrave your face in my heart, you must be
suffering too.
With a sleeping face, you're dreaming a happy dream
Minwoo sibuk dengan tanaman herbalnya. Mencangkul setiap inci
tanah di taman buatannya, dengan ekspresi serius. Keringatnya mulai membasahi
kaos warna coklat yang ia kenakan. Detik itu, cipratan tanah menghambur kearah
tubuhnya. Gadis itu memain mainkan sekop disampingnya sembari tersenyum. Masih
mengenakan gaun putih favorit Minwoo. Minwoo tak bisa menahan senyum tulusnya.
Berusaha menyekop tanah, mencoba membalas permainan nakalnya. Lantas gadis itu
lenyap. Senyumnya hilang....
Adegan 3
[DongHwan]
Useodo useojiji anha
Chueoge sarojaphil ttae
Achimi oji anhasseumyeon
Neol bonael su eopge
Even if I smile, I can't smile when I'm caught in our memories
I don't wish the morning to come,
so I don't have to let you go
And it Hurts~ And it Hurts so bad
Seperti biasa Donghwan dengan kameranya sibuk memotret objek
yang membuat senyumnya sangat mengembang. Membuat perasaannya melambung. Objek
gadis bergaun putih dengan renda dibagian lengannya. Sedang berayun ayun
disebuah ayunan kecil terbuat dari rotan pohon rindang yang menjuntai. Kibasan
rok yang dibuat gadis itu semakin memanggil-manggil lensa Donghwan lantas
membingkainya dalam bunyi klik. Satu jepretan terakhir gadis itu lenyap, ukiran
senyumnya turut hilang, kameranya tak mampu menangkap aura gadis itu. Donghwan
memeriksa layar kameranya, tak ada lagi gambar gadis itu lalu Donghwan
membengis kesal.
Sialnya, berimbas pada pekerjaan sehari-harinya. Deadline pameran
untuk tema “Wonderful Women” membuatnya frustasi. Model dihadapannya berubah
menjadi gadisnya, gadis masa lalunya. Pedih, membuat Donghwan tak pernah konsen
dengan blidznya. Seluruh Studio terbakar emosi Donghwan. Pencahayaan, kilauan
flashnya, dress putih, membuatnya tak pulih sedikitpun dari rasa cintanya.
Akhirnya Donghwan menghentikan pemotretan, Ia pergi meninggalkan studio…
Adegan 4
[HyeSung]
Uri maeumgwa ipsureun seoro dareun mareul haneunde
Apahaltende
And it Hurts~ And it Hurts so bad
[HyeSung] Yeongwonhi nae gaseumen neobakke eobseo wae moreuni
Neon wae moreuni
And it Hurts
Our heart and lips say different things, must be hurtful
And it hurts,
and it hurts so bad, forever in my heart
You're the only one, why don't you
know, why don't you know, and it hurts
Tangan mereka bergandengan. Gadis itu menuntun hyesung
berjalan. Gadis cantik bergaun putih, dengan big belt orange yang merangkul
pinggul menawannya. Mata Hyesung saat itu tertutup dengan selendang orange dari
kekasihnya. Masih dengan nuansa serba putih. Mereka berhenti disebuah bangunan.
Wajah centil gadis itu tak tahan melihat ekspresi penasaran Hyesung. Membuat
tangan gadis itu segera menarik penutup matanya. Surprise... didepan mereka
terdapat sebuah toko buku yang diidamkan Hyesung. Hadiah untuk hari jadi
mereka, sebuah toko buku bertuliskan “Uri Story”. Cerita cinta dimulai dari
sini semua kenangannya terselip disetiap rak rak buku yang mereka tata.
Kegembiraan, suka dan duka merawat dan mengelola toko itu bersama. Hingga saat
gadis itu kembali lenyap ditengah imaji Hyesung bersama tumpukan buku-buku yang
kini ia tata sendiri.
Let it Hurt, let it Hurt, let it Hurt so bad Let it Hurt, let it Hurt, let it Hurt so bad
Adegan 5
[JunJin]
Jebal dasineun yakhaejiji malja
saenggakgwa mareun dareuge
Gaseume beonjin ingkeuwa nunmuri
mareuge
Han jumui jaecheoreom jabeul su
eomneun saecheoreom nal kkaetteuryeo geu sogeseo neol tteona bonaege
I tell myself, please don't weaken again, unlike my thoughts and words
So that the ink and tears that have spread in my heart dry up
You break me like a fist of ash, like an uncatchable bird
So I can let go of you within
Junjin menghentikan petikan gitarnya terdengar suara teriakan
dari lantai bawah apartemennya. Mengharuskan pria berkemeja biru muda itu
menengok kearah jendela. Gadis berperangai lembut itu menari berputar-putar
untuknya dari bawah, seperti balerina memanggilnya dengan isyarat saranghae
dari lekukan tangannya.
Junjin tersipu malu, segera turun untuk menyambutnya. Jantung
tak kuat menahan detaknya yang gembira. Pintu terbuka, seperti tonjokan tepat
diulu hatinya, yang ada bukan sosok kekasih yang didamba melainkan teman-teman
bandnya. Menghambur memeluk Junjin dengan santai. Memukul lengan dan dada
Junjin bercanda tanda persahabatan. Membiarkan teman-temannya naik ke lantai
atas meninggalkan Junjin dengan senyum kakunya. Seperti terjerembab rasa galau
yang membuncah bagi Junjin. Junjin menutup pintu dengan gebrakan keras.
Adegan 6
[MinWoo]
Chagapge gogael dollyeo
Hamburo deonjin maldeure nan
Jinsimi animyeonseo
Seoroui mameul jjijeonwa juwo dameul
su eomneun mal
I turn my head coldly, in the words that I have thrown mindlessly while
they weren't our honest feelings
Tear each others hearts, words that we cannot fetch back
Minwoo terlihat hampa, memasak tanpa perasaan. Membiarkan
menu berderet dihadapannya. Masih jelas diingatan, gadis itu sering membawa
sampanye untuk Minwoo hanya sekedar menyemangati nya sebagai chef direstoran
bintang lima. Appronnya ia lempar dengan marah, mendarat ditepian wajan.
Menyulut api, lantas menyambar tangan partner memasaknya. Protes sang manajer
untuknya kala itu membuat Minwoo merasa bersalah. Meminta maaf kepada temannya
adalah cara terbaik bagi Minwoo. Temannya tersenyum kemudian, menyodorkan
sebotol sampanye untuknya. Seolah temannya sangat mengerti perasaan Minwoo
akhir-akhir ini. Mimik Minwoo berubah menjadi senyum pasrah.
Adegan 7
[HyeSung]
Deo isang saranghaji anha
Geu saramgwa haengbokhaesseumyeon hae
Majimak butagiya Jebal geunyang
gajwo~Woah~
I don't love you anymore,
I hope you to be happy with that person It's my
last favor, please just go
Andy terlampau keras dengan panahnya. Menarget titik yang
harus ia tembak. Membuatnya langsung frustasi. Sasaran yang berbentuk bulatan
bulatan membingungkan matanya. Setiap tembakan melenceng berinci-inci dari poin
yang akan memenangkannya kelak dipertandingan. Yang membuatnya resah adalah
sosok gadis yang menjelma menjadi sasaran tembaknya saat berlatih. Bercanda
dengan panah mainan bersamanya adalah hal yang paling ia rindukan. Lamunan
menyerupai nyata, mengantarkannya pada depresi akan gadis itu.
Gadis pembawa apel merah, tangannya terangkat diatas
kepalanya siap dibidik panah Andy namun hanya luapan tawa yang mereka
hamburkan. Kenangan demi kenangan membuat panah Andy diluar kendali.
And it Hurts~ And it Hurts so bad
([HyeSung] Oh~Woah~)
Adegan 8
[DongWan] Uri maeumgwa ipsureun seoro
dareun mareul haneunde
([HyeSung] Oh yeah~) Apahaltende And
it Hurts~
([HyeSung] Baby it Hurts) And it
Hurts so bad ([HyeSung] So~bad)
[DongWan] Yeongwonhi nae gaseumen
neobakke eobseo wae moreuni Neon wae moreuni And it Hurts
Our heart and lips say different things, must be hurtful
And it hurts, and it hurts so bad, forever in my heart
You're the only one, why don't you know, why don't you know, and it hurts
Tenaga Eric tak kunjung berhenti disini. Memukuli kantung
pasir diatas ring sebagai bentuk rasa amarah yang membuncah. Obsesinya untuk
menang kejuaraan boxing national ia tunjukkan dengan menempelkan stiker Boxing
Champion disamsak yang ia pukuli. Keringatnya mengucur diseluruh tubuhnya. Kaos
putih tanpa lengan merembes basah.
Seseorang melempar handuk kering kearahnya. Eric menoleh,
tampaklah gadis berbalut baju sporty putih adidas bercelana pendek lengkap
dengan deker orange. Mengangkat tinggi tinggi banner yang bertuliskan
“Hwaiting!!! <3”
Eric tertawa lalu mendatanginya sambil mengusap keringatnya
yang luruh, mengambil botol air minum dan mengguyurkan keatas kepalanya.
Seketika diusapnya kembali wajahnya yang lelah, dilihatnya kembali gadis itu.
Kosong…gadis itu tak pernah hadir lagi.
Adegan 9
[Eric]
Ije gyeouna baewosseo neol
saranghaneun beop
Galpi jocha mot japgesseo neowa
ibyeolhaneun beop
Modu byeonhaeganeun geose
gildeullyeojyeo ganeun geot
Saneun geot Manheun geoseul da
pogihae ganeun geot
Gaseum nopikkaji ssahin bamsae naerin
nuneul chiwo
Utneun ppiero hwajangeul naneun jiwo
Bokgu halsu eomneun hyujitongeul biwo
Miro Wiro Nal geonjyeojugil gido
I finally learned it, how to love you
I don't even know where to start, on how to break up with you
Getting used to everything changing Living,
Giving up many things
I shovel all the snow that has
piled up to my heart all night
I take off the smiling clown
make-up
I empty the trash folder that
can't retrieved back A maze,
I pray that someone will scoop me
up
Band Junjin tampil pertama, permainan gitar Junjin membahana
di seantero konser band Indie Korea. Lagu ditutup dengan nada tinggi dari sang
vokalis. Entah apa yang ada dipikiran Junjin. Ingatannya masih dipenuhi gadis
itu, gadis yang selalu membawanya dalam impian indah yang ia bangun selama ini.
Suara gadis itu berdengung di telinganya. Menyakitkan. Cuplikan bayanganya ada
dimana-mana. Saat ia latihan, saat ia sendiri, saat ia bermain dengan gitarnya.
Tak kuasa menahan, diangkatnya gitar Junjin, dengan segenap tenaga, ia
membanting gitarnya ditengah-tengah panggung. Sekali dua kali bahkan
berkali-kali. Sang vokalis tercengang melihat tingkah Junjin yang attractive.
Setelahnya Junjin meninggalkan gitarnya yang hancur sama seperti rasanya.
Adegan 10
[DongWan] Achimi omyeon dalkomhan
Kkumeseo kkaeseo tteonagetji
I don‘t want nobody else but you~*silent for a while*
When the morning comes,
I will probably wake up from this sweet dream and leave i don't want
nobody else but you,….*silent for a while*
Eric menghajar lawan kelas beratnya, pukulan eric tak cukup
kuat untuk menumbangkan lawannya. Pikiran Eric kacau, sorak sorai penonton
membuatnya frustasi. Ia masih mencari cari sosok gadisnya ditengah penonton.
Memecah konsentrasi, pukulan mendarat tepat diperutnya. Lawannya berhasil
mengambil celah. Eric tumbang, wasit menghitung puncak detik kekalahannya,
lawannya mencela.
Tak ingin menyerah ia berteriak dengan sakit “HYAAAA!!!!”.
[HyeSung] Bonaeya haneunde~
I need to let you go
but
Tubuhnya bangkit mengeluarkan tenaga terakhir, menebas habis
muka lawannya dengan serangan paling hebat dari kumpulan rasa sakit dihatinya.
Suara dentang bel berbunyi, Eric menang.
And it Hurts~
([MinWoo] Ah~) And it Hurts so bad
[HyeSung] Uri maeumgwa ipsureun seoro
dareun mareul haneunde
Apahaltende And it Hurts~
Apahaltende And it Hurts~
Our heart and lips say different things, must be hurtful And it hurts,
and it hurts so bad,
Adegan 11
([HyeSung] Hurts~Woah~) And it Hurts so bad
([DongWan] Baby it Hurts~)
[MinWoo] Yeongwonhi nae gaseumen neobakke eobseo wae moreuni
Neon wae moreuni
And it Hurts
Forever in my heart You're the only one, why don't you know, why don't
you know, and it hurt
[Andy] Listen Amugeotdo anboyeo
nunmuri chaollaseo
([HyeSung] And it Hurts) Eodibuteo
jalmotdwaenneunji meori soge maemdorasseo
I can't see anything because of the tears that have filled up. What was
the beginning of the cause,
Hingga saat pertandingan berlangsung, Andy berpegang pada
keyakinan dan konsentrasi penuh atas titik yang harus ia bidik. Berusaha
menepis bayangan gadis itu, gadis yang menenggelamkan isi hatinya. Dalam
hitungan ketiga Andy menarik laras panahnya, memicingkan kedua alis tebalnya,
membidik lalu melontarkan panah nya dengan rasa memaksa. Gadis itu muncul lagi,
mengganggu Andy untuk kesekian kalinya. Masih membawa apel, Andy menarik nafas
panjang, membidik tepat di jantung gadis itu. Senyum riang gadis itu menampar
segala rasa sakit yang ia derita.
Panahnya terlempar sejauh yang ia perkirakan, tepat sasaran, tepat
dibayangan jantung gadis lampaunya. Semacam melegakan, poin sempurna ia dapat.
Mungkin itu panah terakhir yang membawa rasa sesak dalam diri Andy.
Adegan 12
([HyeSung ] And it Hurts)
[Andy] Mollasseo I was wrong nae
yoksim ttaemae Now you’re gone And I want you back Baby girl I want you back
I kept thinking about it I didn't know, I was wrong, because of my greed,
now you're gone And I want you back baby girl, I want you back
Bayangan Hyesung dikaburkan oleh bel dimeja kasir. Sosok
tangan lentik dari seorang pembeli terjulur dihadapannya, buku berjudul “We cant
live in the Past” membuatnya mendesah sakit. Bibir Hyesung dipaksa untuk
tersenyum pahit seketika.
[HyeSung] We can‘t live in the past…
Adegan 13
Foto terakhir yang ia pegang adalah foto favoritnya, Sepetak
tembok khusus berwallpaper orange susu special untuk fotonya. Ia memasang
gambar itu dengan wajah sendu khasnya, merelakan foto itu untuk ditawar seniman
lain. Harapannya agar segera melupakan gadis berambut pendek yang sedang duduk
menatap senja di danau. Foto itu akan segera hilang dari dalam hidupnya begitu
juga gadis yang pernah mengisi hatinya.
THE END
by : indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar