Minggu, 24 Februari 2013

Raja Hati si Harimau Rapuh

Suatu ketika diriku yang bisu ini melihat sebuah cahaya yang menghangatkan setiap pori pori kulitku. Mampuku sekedar melihat kala itu, hanya melihat. Hari yang lain tubuh ini merasa kedinginan lantas ku kembali pada cahaya lama, untuk sekedar menatap melalui sudut mataku untuk meresap segala cahaya matinya. Kali ini  ku tersenyum ada rasa bergelombang tapi tak sebesar Tsunami.

Setiap kenanganku menatap, kurekam kusatukan dalam nadi-nadiku ini tercipta sebuah desiran rasa ngilu saat menangkap cahayanya lagi. Kini berubah menjadi hewan, hewan yang paling ku inginkan untuk perlindunganku, kekuatanku, semangatku dan ketegaranku. Harimau.

Dia mendekatiku menyentuhku dengan bulu-bulu halusnya, kuat tampak garang, lembut sangat lembut. Hatiku luruh lagi, tak berdaya yang kupunya saat bersama bayangnya. Jatuhku dalam kehampaan saat tak bersamanya. Menggapainya seperti candu bagiku, candu yang tak untuk ditinggalkan. Gelombangnya kali ini melebihi Tsunami. Disebut Gelombang cinta seperti bunga gelombang cinta.

Tiap kali ku berjalan engganku merasa sendirian karena jejaknya mengalir deras dalam otakku, meninggalkan “foot print” dalam setiap langkah membekas ditanah. Aneh. Hari-hari yang cukup hanya memandanginya dari jarak yang mustahil mengeratkan segala mimpi-mimpi. Aku merasa sangat dekat bagi yang jauh. Merapatkan kembali mataku menahan cemoohan tak percaya bahwa aku jatuh cinta pada harimauku.

Inginku ucap bahwa sentuh kulitku dengan cakarmu, sayat jika kau mau, mungkin yang kurasa hanya luka yang akan sembuh tapi tak untuk mematikan kemahadasyatan angan-angan ini. Malu-malu saat mulai membuka suara. Aumanmu seperti senandung lagu. Segalanya tampak nyaring menemani kesepianku. Menjaga saatku terjaga. Masih kurekam saja walau hanya auman nakal.

Boleh jika kupinta kau berubah menjadi manusia sekarang? Agarku bisa memilikimu seutuhnya, maka dia berubah. Bulu emas nan lembut tanpa pelembutnya menghilang, seperti sihir dia melakukan apa yang kubayangkan. Aku tersentak. Tak bisa ku lakukan seperti yang kumau tapi dia mewujudkannya tanpa merubah watak harimaunya.

Harimau rapuh yang cuma bisa mengaum, mengerang, menghampiri, menggoyang-goyangkan ekornya didekatku, menghangatkanku, menemaniku, menatapku kini menjelma sebagai makhluk lain. Dia memiliki apa yang kumiliki secara fisik tapi hatinya masih berhati harimau yang tak ingin ku ubah dan memang tak bisa berubah tetap menjadi dirinya. Bersamaku tetap menguatkanku saat ku terjengkang dalam dunia kelam, melindungi saat ku merasa kalah dari kejamnya duri hutan yang merobek kesemangatan ini. Kau lah rajanya aku ratunya tetap manusia menguasai hati dan belantara ini.

By : Indah







Tidak ada komentar:

Posting Komentar