Suatu ketika diriku yang bisu ini melihat sebuah cahaya yang
menghangatkan setiap pori pori kulitku. Mampuku sekedar melihat kala itu, hanya
melihat. Hari yang lain tubuh ini merasa kedinginan lantas ku kembali pada
cahaya lama, untuk sekedar menatap melalui sudut mataku untuk meresap segala
cahaya matinya. Kali ini ku tersenyum
ada rasa bergelombang tapi tak sebesar Tsunami.
Setiap kenanganku menatap, kurekam kusatukan dalam nadi-nadiku ini tercipta sebuah desiran rasa ngilu saat menangkap cahayanya lagi. Kini berubah menjadi hewan, hewan yang paling ku inginkan untuk perlindunganku, kekuatanku, semangatku dan ketegaranku. Harimau.
Setiap kenanganku menatap, kurekam kusatukan dalam nadi-nadiku ini tercipta sebuah desiran rasa ngilu saat menangkap cahayanya lagi. Kini berubah menjadi hewan, hewan yang paling ku inginkan untuk perlindunganku, kekuatanku, semangatku dan ketegaranku. Harimau.
Dia mendekatiku menyentuhku dengan bulu-bulu halusnya, kuat tampak
garang, lembut sangat lembut. Hatiku luruh lagi, tak berdaya yang kupunya saat
bersama bayangnya. Jatuhku dalam kehampaan saat tak bersamanya. Menggapainya
seperti candu bagiku, candu yang tak untuk ditinggalkan. Gelombangnya kali ini
melebihi Tsunami. Disebut Gelombang cinta seperti bunga gelombang cinta.
Tiap kali ku berjalan engganku merasa sendirian karena jejaknya mengalir
deras dalam otakku, meninggalkan “foot print” dalam setiap langkah membekas
ditanah. Aneh. Hari-hari yang cukup hanya memandanginya dari jarak yang
mustahil mengeratkan segala mimpi-mimpi. Aku merasa sangat dekat bagi yang
jauh. Merapatkan kembali mataku menahan cemoohan tak percaya bahwa aku jatuh
cinta pada harimauku.
Inginku ucap bahwa sentuh kulitku dengan cakarmu, sayat jika kau mau,
mungkin yang kurasa hanya luka yang akan sembuh tapi tak untuk mematikan
kemahadasyatan angan-angan ini. Malu-malu saat mulai membuka suara. Aumanmu
seperti senandung lagu. Segalanya tampak nyaring menemani kesepianku. Menjaga
saatku terjaga. Masih kurekam saja walau hanya auman nakal.
Boleh jika kupinta kau berubah menjadi manusia sekarang? Agarku bisa
memilikimu seutuhnya, maka dia berubah. Bulu emas nan lembut tanpa pelembutnya
menghilang, seperti sihir dia melakukan apa yang kubayangkan. Aku tersentak.
Tak bisa ku lakukan seperti yang kumau tapi dia mewujudkannya tanpa merubah
watak harimaunya.
Harimau rapuh yang cuma bisa mengaum, mengerang, menghampiri,
menggoyang-goyangkan ekornya didekatku, menghangatkanku, menemaniku, menatapku
kini menjelma sebagai makhluk lain. Dia memiliki apa yang kumiliki secara fisik
tapi hatinya masih berhati harimau yang tak ingin ku ubah dan memang tak bisa
berubah tetap menjadi dirinya. Bersamaku tetap menguatkanku saat ku terjengkang
dalam dunia kelam, melindungi saat ku merasa kalah dari kejamnya duri hutan
yang merobek kesemangatan ini. Kau lah rajanya aku ratunya tetap manusia
menguasai hati dan belantara ini.
By : Indah
Tidak ada komentar:
Posting Komentar